Butuh Waktu, Daniel Radcliffe Belum Tertarik Kembali ke Dunia Sihir “Harry Potter”

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – Daniel Radcliffe mengaku tak tertarik untuk kembali ke dunia sihir “Harry Potter” dalam waktu dekat. Meski demikian pemeran Harry Potter tersebut menegaskan bahwa pernyataan ini bukanlah bentuk penolakan.

Pernyataan ini ia ungkapkan dalam wawancara terbarunya dengan New York Times saat mempromosikan film terbarunya “The Lost City,” bersama Sandra Bullock dan Channing Tatum.

“Saya mencapai titik di mana saya merasa berhasil keluar dari ‘Potter’ dan saya sangat senang dengan tempat saya sekarang, dan kembali akan menjadi perubahan besar dalam hidup saya. Saya tidak akan pernah mengatakan tidak pernah,” kata Daniel Radcliffe, melansir The Comic Circus.

“Tetapi para pemeran ‘Star Wars’ memiliki waktu selama 30 hingga 40 tahun sebelum mereka kembali. Bagi saya, ini baru 10 tahun. Itu bukan sesuatu yang saya benar-benar tertarik untuk lakukan saat ini,” sambungnya.

Radcliffe kemudian menanggapi pertanyaan tentang komentar yang dibuat oleh Chris Columbus pada November tahun lalu. Sebagaimana diketahui, Columbus merupakan sutradara dari dua film pertama “Harry Potter”.

Ketika itu Columbus berbicara tentang Radcliffe dan pemeran asli lainnya. Di mana ia merasa begitu emosional dengan kembalinya Radcliffe – aktor Star Wars. Hal ini memotivasinya untuk kembali menggarap film “Harry Potter”.

“Sebuah versi Cursed Child dengan Dan, Rupert, dan Emma pada usia yang tepat, ini adalah kebahagiaan sinematik. Jika Anda seorang nerd film atau cinephile, itu seperti apa yang J.J. (Abrams) lakukan dengan Star Wars,” kata Columbus.

“Star Wars benar-benar mulai hebat lagi ketika J.J. membuat film, dan kami memiliki semua pemeran asli kembali. Tidak diragukan lagi jika Anda adalah penggemar Star Wars; Anda tergerak hanya melihat mereka di layar, melihat Harrison Ford sebagai Han Solo lagi — dan Chewy,” tuturnya.

“Itu sangat mengharukan. Saya pikir itu akan menjadi situasi yang sama untuk penggemar Harry Potter. Untuk dapat benar-benar melihat aktor dewasa ini sekarang kembali dalam peran ini? Oh ya. Akan sangat menyenangkan membuat film itu — atau dua film,” sambung Columbus kepada Reporter Hollywood.

Sudah 11 tahun sejak rilis film terakhir “Harry Potter and the Deathly Hallows: Part II”, Radcliffe mengaku membutuhkan waktu dan ruang. Namun, ia menegaskan bahwa pintunya untuk film yang membesarkan namanya tidak akan pernah tertutup.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini