Bursa Saham AS Terjun Bebas, Saham Apple Jeblok

Baca Juga

MATA INDONESIA, NEW YORK – Konflik Rusia dan Ukraina membawa dampak buruk pada pergerakan saham di Wall Street. Menutup akhir pekan, Jumat 11 Maret 2022 waktu AS, bursa saham Wall Street berada di zona merah. Ketiga indeks utama AS rontok seiring kejatuhan saham-saham teknologi akibat kekhawatiran tentang konflik Rusia dan Ukraina.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 229,88 poin atau 0,69% menjadi 32.944,19. Indeks S&P 500 turun 55,21 poin atau 1,3%,menjadi 4.204,31, dan indeks Komposit Nasdaq anjlok 286,15 poin atau 2,18% menjadi 2.843,81.

Sebelas sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor jasa-jasa komunikasi merosot 1,9% dan teknologi tergelincir 1,8 %.  Sepanjang pekan ini, S&P 500 telah kehilangan nilainya sebesar 2,9% dan mencatatkan penurunan mingguan kedua berturut-turut. Sementara Dow Jones jatuh untuk minggu kelima berturut-turut.

Pada akhir pekan yang bergejolak, indeks buka lebih tinggi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan ada perubahan positif tertentu dalam pembicaraan dengan Ukraina, tanpa memberikan rincian apa pun, tetapi saham kemudian memudar selama sesi tersebut.

”Setelah kami melihat rebound di pertengahan minggu, masih ada terlalu banyak ketidakpastian di luar sana,” kata Kepala Strategi Pasar Miller Tabak, Matt Maley.

Terjadi penurunan saham-saham perusahaan dengan kapitalisasi raksasa seperti Apple Inc dan Tesla nc menyeret S&P 500. Apple merosot 2,4%, sedangkan Tesla anjlok 5,1%.

Saham Meta Platforms tergelincir 3,9% karena Rusia membuka kasus kriminal terhadap induk Facebook setelah jejaring sosial itu mengubah aturan ujaran kebenciannya untuk memungkinkan pengguna menyerukan “matilah penjajah Rusia” dalam konteks perang dengan Ukraina.

Presiden Volodymyr Zelenskiy mengatakan Ukraina telah mencapai “titik balik strategis” dalam konflik dengan Rusia. Namun,  pasukan Rusia membombardir kota-kota di seluruh negeri dan tampaknya berkumpul kembali untuk kemungkinan serangan di ibu kota Kiev.

Saham-saham lainnya juga berada di bawah tekanan karena imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun mendekati 2%.

Bursa saham mengalami gejolak pada tahun ini karena kekhawatiran tentang krisis Rusia-Ukraina yang semakin mendorong aksi jual. Aksi jual sebelumnya telah terpicu oleh kekhawatiran atas imbal hasil obligasi yang lebih tinggi karena The Fed akan memperketat kebijakan moneter tahun ini untuk melawan inflasi. S&P 500 turun 11,8% sepanjang 2022.

Bank sentral AS akan menaikkan suku bunga pada pertemuan 15-16 Maret. Sebuah survei menunjukkan sentimen konsumen AS turun lebih dari yang diperkirakan pada awal Maret karena harga bensin melonjak ke rekor tertinggi setelah perang Rusia melawan Ukraina.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tindakan OPM Semakin Keji, Negara Tegaskan Tidak Akan Kalah Lawan Pemberontak

Organisasi Papua Merdeka (OPM) banyak melancarkan aksi kekejaman yang semakin keji. Maka dari itu, negara harus tegas untuk tidak...
- Advertisement -

Baca berita yang ini