MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS diramalkan akan melanjutkan trend positif di hari kedua pekan ini, 14 Januari 2020. Kemarin, mata uang Garuda ditutup pada posisi Rp 13.668 per dolar AS atau menguat 0,76 persen.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim memprediksi rupiah akan menguat di kisaran Rp 13.645 hingga Rp 13.695 per dolar AS. Ia mengatakan, penguatan rupiah masih akan dibayangi oleh sejumlah sentimen dari luar maupun dalam negeri di antaranya sebagai berikut.
Pertama, soal berakhirnya perang dagang AS dan Cina. Kedua negara dikabarkan bakal menandatangani kesepakatan dagang fase I pada Rabu 15 Januari nanti.
“Seluruh dunia menanti hal tersebut karena setidaknya risiko tereskalasi untuk terjadi ketegangan kembali mengecil,†katanya sore ini.
Adapun dalam kesepakatan dagang fase I, Presiden Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15 persen terhadap produk impor asal Cina senilai 120 miliar dolar AS nantinya akan dipangkas menjadi 7,5 persen saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu.
Sementara dari pihak China, Trump menyebut bahwa Cina akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai 50 miliar dolar AS.
Kedua, soal data pengangguran AS yang stagnan. Tingkat pengangguran tetap tidak berubah pada level 3,5 persen, tetapi pertumbuhan upah melambat ke kecepatan 0,1 persen bulan lalu.
“Menyusul laporan pekerjaan yang lebih lemah dari yang diperkirakan, BMO mengatakan ada sedikit alasan bagi The Fed untuk beralih karena tren pertumbuhan pekerjaan yang stabil, rendahnya pengangguran,†ujarnya.
Sementara dari dalam negeri, laju rupiah dibayangi oleh berakhirnya tekanan geopolitik di timur tengah pasca tewasnya Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis terbunuh.
Hal ini mengakibatkan harga minyak mentah dunia kembali melemah, bahkan menyentuh level terendahnya di 59.00 dolar AS per barel.
“Kita harus tau, bahwa saat ini Indonesia merupakan negara net importir minyak di kawasan Asia Tenggara. Saat harga minyak turun, biaya impor komoditas ini akan ikut turun sehingga neraca perdagangan akan semakin terjaga dan ini akan berdampak positif buat mata uang rupiah,†katanya.