Bupati Sleman Genjot Sosialisasi Pencegahan Stunting

Baca Juga

Mata Indonesia, Sleman – Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo, memberikan arahan terkait gerakan cegah stunting sekaligus meresmikan Mushola Ibnu Sina di Puskesmas Pariwisata Prambanan hari ini (15/5).

Dalam sambutannya Bupati Kustini menyampaikan ucapan terima kasih kepada kader kesehatan yang telah berupaya menurunkan angka stunting di Sleman. Para kader memiliki peran penting dalam mensosialisasikan pencegahan stunting kepada masyarakat. Dengan komitmen bersama, Kustini yakin jumlah anak stunting di Sleman dapat semakin menurun.

“Kaderlah yang dapat menggerakkan masyarakat secara langsung. Melalui pendekatan dan sosialisasi, masyarakat dapat lebih cepat memahami cara penanggulangan stunting. Pencegahan dapat dimulai dengan sosialisasi kepada para remaja ataupun calon pengantin. Sehingga mereka dapat memahami bagaimana mempersiapkan gizi yang tepat untuk calon bayi,” kata Kustini.

Bupati mengingatkan terkait anjuran usia pernikahan yakni, minimal 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. Dengan kesiapan usia, kesehatan fisik maupun psikis, menjadi salah satu upaya untuk meminimalisir terjadinya stunting pada anak.

Dengan peresmian mushola Ibnu Sina, Bupati berharap fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan secara baik. Tak hanya untuk karyawan Puskesmas Pariwisata Prambanan, namun juga bagi masyarakat umum.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Puskesmas Pariwisata Prambanan, Toto Suharto, melaporkan bahwa angka stunting di kawasan Kapanewon Prambanan mengalami penurunan. Data pada tahun 2021 sebesar 6,4 persen sedangkan pada tahun 2022 turun menjadi 6,29 persen. Toto mengatakan akan terus berupaya untuk menurunkan angka stunting, salah satunya dengan menggiatkan sosialisasi.

“Dengan semangat bersama, kami akan terus upayakan dengan slogan SMART yang dimiliki Puskesmas Pariwisata Prambanan. Solid, mumpuni, akurat, responsif, dan tangguh,” ujar Toto.

Merespons keberhasilan Puskesmas Pariwisata Prambanan, Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama, menyampaikan apresiasinya. Hal ini tak terlepas dari capaian Angka stunting di kawasan Kapanewon yang berhasil di bawah angka Kabupaten.

“Angka stunting di Prambanan yang berhasil turun hingga 6,29 persen patut diapresiasi. Bahkan lebih rendah dari jumlah di Kabupaten Sleman yang berada di angka 6,88 persen. Keberhasilan ini semoga bisa semakin menurun dan menjadi acuan bagi Kapanewon lain,” ucap Cahya.

Cahya menambahkan, salah satu cara mudah untuk mengingat pencegahan stunting adalah dengan langkah “ABCDE”. Langkah tersebut dapat dilakukan oleh remaja putri sebelum menikah hingga pasca melahirkan.

“Perlu diingat ABCDE. Aktif minum tablet tambah darah, Bumil harus teratur memeriksakan kegamilannya, Cukup mengonsumsi protein hewani untuk bayi, Datang ke posyandu setiap bulan dan Eksklusif ASI enam bulan,” jelas Cahya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Hilirisasi Buka Lapangan Pekerjaan dan Arah Ekonomi

Oleh: Winna Nartya *) Dalam perdebatan publik, hilirisasi kerap direduksi menjadi larangan ekspor bahan mentahatau pembangunan smelter. Padahal, substansi kebijakan ini jauh melampaui industri berat. Staf Khusus Menteri Investasi dan Hilirisasi, Sona Maesana, menekankan bahwa hilirisasiadalah soal penciptaan nilai tambah yang berkelanjutan, kemandirian ekonomi, danpembukaan lapangan kerja, serta penentuan arah masa depan bangsa. Ia melihat, daripengalamannya di dunia usaha dan kini di ranah kebijakan, bahwa hilirisasi hanya akanbertahan bila ekosistem investasinya sehat dan ada keberpihakan pada pelaku lokal. Karenaitu, ia menilai sekadar mendirikan pabrik tidak cukup; pertanyaan kuncinya adalah siapa yang menikmati nilai tambahnya dan bagaimana rantai pasoknya melibatkan anak bangsa secaraaktif. Dalam pandangannya, hilirisasi mesti membuka pekerjaan lokal, mengikutsertakan UKM, dan menaikkan kelas pengusaha Indonesia melalui kemitraan yang nyata. Di ranah kebijakan, Sona Maesana menjelaskan pemerintah mendorong integrasi antarapelaku lokal dan asing, memberi insentif bagi investor yang membina industri lokal, sertamenata regulasi yang transparan agar tumpang tindih perizinan berkurang. Ia juga menilaikecepatan dan kepastian perizinan lebih penting daripada angka komitmen investasi di ataskertas, karena tanpa eksekusi yang jelas, angka hanyalah janji. Sebagai jembatan antarabahasa investor dan bahasa pemerintah, ia mendorong cara pandang baru: bukan sekadar“menjual proyek”, melainkan menumbuhkan kepercayaan jangka panjang. Ia pun mengingatkan bahwa hilirisasi tidak berhenti pada mineral dan logam; sektor digital, pertanian, farmasi, hingga ekonomi kreatif perlu masuk orbit hilirisasi melalui keterhubunganstartup kesehatan dengan BUMN farmasi, petani dengan pembeli industri lewat platform lokal, serta skema yang mengkomersialisasikan inovasi kampus.  Di tingkat kelembagaan, peta jalan hilirisasi diperkuat oleh kolaborasi antarpemerintah, industri, dan kampus. Himpunan Kawasan Industri (HKI) menandatangani nota kesepahamandengan Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM serta Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, yang disaksikan Presiden Prabowo Subianto. Ketua Umum HKI, Akhmad Ma’ruf Maulana, menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan perwujudan AstaCita untuk mendorong kemandirian ekonomi, memperkuat keberlanjutan, dan mempercepatinovasi teknologi sebagai pilar pertumbuhan. Ia menegaskan peran HKI sebagai penghubungsektor industri, pendidikan, dan pemerintah untuk melahirkan daya saing berbasispengetahuan dan inovasi. Ruang lingkupnya meliputi penyelarasan kurikulum dengankebutuhan industri, kolaborasi riset untuk mempercepat hilirisasi dan menarik investasi, sertapeningkatan daya saing melalui pembentukan SDM industri yang unggul. Contoh konkret hilirisasi yang langsung menyentuh pasar tenaga kerja tampak di Aceh. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Cut Huzaimah, menyerukan penghentianekspor karet mentah karena pabrik pengolahan di Aceh Barat, yaitu PT Potensi Bumi Sakti, siap beroperasi menampung seluruh produksi lokal. Ia menilai pengolahan di dalam daerahpenting untuk mendorong hilirisasi, membuka lapangan kerja, dan menaikkan kesejahteraan. Pabrik yang berdiri di lahan 25 hektare itu memiliki kemampuan mengolah 2.500 ton karetkering per bulan, dan pemerintah daerah menilai stabilitas serta keamanan investasi harusdijaga agar manfaatnya langsung dirasakan rakyat Aceh. Di klaster pangan–petrokimia, hilirisasi juga dikuatkan melalui kemitraan strategis. DirekturUtama PT Pupuk Indonesia (Persero), Rahmad Pribadi, menjelaskan bahwa perusahaanmemperluas kerja sama dengan Petronas Chemicals Group Berhad untuk memperkuatketahanan pangan regional sekaligus mendorong hilirisasi pupuk dan petrokimia di Indonesia. Kolaborasi ini mencakup penjajakan sinergi pasokan urea dan amonia, transfer pengetahuan teknis dan operasional, serta penguatan tata kelola Kesehatan, Keselamatan, danLingkungan (Health, Safety, and Environment/HSE).  Jika ditautkan, tiga simpul di atas, yakni kebijakan investasi yang berpihak pada pelaku lokal, penguatan link–match kampus–industri, dan proyek pengolahan komoditas serta petrokimia, menggambarkan logika hilirisasi yang lengkap. Lapangan kerja tidak hanya muncul di pabrikutama, melainkan juga pada efek pengganda: logistik bahan baku, jasa pemeliharaan mesin, kemasan, transportasi, layanan digital rantai pasok, hingga jasa keuangan dan asuransi. Dengan kurikulum yang diselaraskan, talenta lokal tidak sekadar menjadi tenaga operasional, melainkan juga teknisi, analis proses, dan manajer rantai pasok....
- Advertisement -

Baca berita yang ini