MINEWS, JAKARTA – Menyusupnya paham radikalisme dalam tubuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kementerian Pertahanan bahkan tubuh militer Indonesia patut diwaspadai.
Menanggapi hal ini, Politikus PDIP Budiman Sudjatmiko mengataan bahwa yang paling rentan terpapar radikalisme adalah orang-orang kelas menengah profesional yang tinggal di kota dan muncul di dalam tubuh BUMN hingga perusahaan swasta.
Alasannya karena ada sekelompok orang yang pintar, ilmunya hebat dan sudah terbiasa tunduk pada otoritas sejak masa muda terutama di bangku kuliah.
“Ini kok pinter kok saat ngomong politik kok ancur. Ini mahasiswa teknik kok percaya bumi datar, ini mahasiswa biologi kok percaya menihilkan teori evolusi. Itulah bukti sudah terpapar radikalisme,†kata dia dalam diskusi soal Radikalisme dan membenahi BUMDES sebagai Big data Centre di Jakarta, 12 Agustus 2019.
Ditambah lagi dengan munculnya teknologi 4.0 dan kehadiran e-commerce sekelas Tokopedia, Bukalapak hingga Go-Jek membuat sejumlah gerai konvensional terpaksa gulung tikar.
“Nah muncul makluk-makluk yang kreatif itu sukses kalahkan institusi yang sudah mapan dengan konsep text book selama puluhan tahun. Maka kelompok-kelompok yang sudah terbiasa tunduk pada otoritas itu mulai putus asa dan ‘terlempar’ untuk mencari tempat sandaran baru karena melihat semua yang di dunia cuma sementara. Mereka mencari orang-orang yang bisa beri jawaban lewat hiburan spiritual, di situlah konservatisme dan radikalisme masuk.,†ujar Budiman.
Di tempat yang sama, Ketua Umum PB PMII Agus Herlambang mengatakan bahwa radikalisme telah menjadi kegelisahan bersama dalam komunitas Cipayung, lantaran paham ini sudah masuk ke dalam BUMN hingga Kemenhan.
“Jadi BUMN jangan hanya pikirkan cari profit (untung) saja, tapi harus memperhatikan perkembangan komunitas, harus jadi pioner pemerintah untuk sejahterakan sekaligus sadarkan masyarakat soal persatuan dan kesatuan,†kata Agus.
Namun  sayangnya, kata Agus, dalam internal BUMN malah terpapar radikalisme. Bahkan sebelum masuk BUMN, bibit penyakitnya muncul pertama kali di kampus-kampus. Lalu SDM (lulusan) dari kampus-kampus inilah yang kemudian masuk ke BUMN dan menyebarkan radikalisme.
Agus menganjurkan perlunya penyehatan dalam kehidupan kampus, salah satunya dengan memberikan ruang bagi kelompok perhimpunan Cipayung untuk melakukan pengkaderan sekaligus menyiapkan SDM BUMN yang unggul dan cinta Pancasila.
Rais Syuriyah PBNU Ahmad Ishomuddin juga mengatakan bahwa agar membasmi penyebaran radikalisme, maka perlu ada seleksi ketat saat penerimaan karyawan BUMN. Selain itu, ia mengharapkan agar dalam tubuh BUMN dihuni oleh sosok-sosok yang paham akan Pancasila dan menghargai perbedaan seperti tokoh-rokoh dari NU mupun Muhammadiyah.
“Ini harus diperhatikan. Jangan sampai BUMN yang jadi perusak persatuan,†kata dia.