Bukan Utang, Indonesia Dapat Rp 1,2 Triliun Buat Atasi Covid19

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Ini bukan utang, tetapi solidaritas dunia terhadap Indonesia yang sedang memerangi Covid19 dari virus corona yang memberi bantuan 84,8 juta dolar AS atau setara Rp 1,2 triliun. Bantuan itu berasal dari 104 negara serta organisasi internasional.

Bantuan itu tidak diserahkan dalam bentuk uang melainkan natura seperti obat-obatan, alat pelindung diri dan program mitigasi Covid19 yang diberika ke rumah sakit seluruh Indonesia.

“Ini wujud nyata diplomasi kita untuk reaching out (mendekati, red) negara-negara secara bilateral maupun organisasi internasional,” kata Direktur Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Kementerian Luar Negeri RI Kamapradipta Isnomo, Jumat 15 Mei 2020.

Ada tiga pendonor utama dari 104 dukungan internasional tersebut yaitu Uni Eropa, Jepang, dan Bank Pembangunan Asia (ADB). Ketiganya memberi bantuan terbesar misalnya Uni Eropa senilai 21,3 juta dolar AS dalam bentuk obat-obatan dan alat pelindung diri, lalu Jepang senilai 10,5 juta dolar AS dan ADB 4,5 juta dolar AS.

Indonesia juga menerima bantuan obat-obatan, perlengkapan medis, dan alat proteksi diri dari 10 negara, yaitu Cina, Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Vietnam, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, Uni Emirat Arab (UAE), dan Swiss.

Indonesia juga sudah menyampaikan kebutuhan tujuh alat kesehatan kepada negara-negara sahabat tersebut.

Selain bantuan, Kamapradipta mengungkapkan, Indonesia juga mengharapkan kerja sama internasional untuk memproduksi vaksin, alat kesehatan, dan obat-obatan dalam rangka menanggulangi Covid19.

WHO mencatat pada Jumat 15 Mei 2020, sebanyak 4.307.287 orang telah tertular Covid19 dengan 295.101 orang di antaranya meninggal dunia. Sementara itu di Indonesia, per hari ini, jumlah pasien positif COVID-19 mencapai 16.496 jiwa. Dari angka itu, 3.803 pasien telah dinyatakan sembuh, tetapi 1.076 lainnya meninggal dunia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Transformasi Ekonomi Indonesia: Swasembada Pangan dan Energi Jadi Prioritas Strategis

Di tengah kompleksitas situasi geopolitik dunia yang terus berkembang, Indonesia memposisikan program kemandirian pangan dan energi sebagai prioritas strategisnasional. Pemerintah menunjukkan keseriusan dalam memperkuat sektor pertanian dan energi terbarukan, sebagai bagian dari transformasi ekonomi menuju kemandirian dan penciptaan lapangan kerja berkelanjutan. Transformasi ekonomi Indonesia melalui program swasembada pangan dan energimerupakan wujud nyata dari cita-cita kemandirian bangsa yang telah lama didambakansejak era kemerdekaan. Program strategis ini tidak hanya bertujuan mengurangiketergantungan impor, tetapi juga menghidupkan kembali semangat berdikari yang menjadi fondasi kedaulatan nasional Indonesia.  Dalam konteks kemandirian bangsa, swasembada pangan dan energi menjadi pilar utama yang menentukan kemampuan Indonesia untuk berdiri tegak di tengah dinamikaglobal yang penuh ketidakpastian.  Swasembada bukan tujuan jangka pendek, tetapi fondasi kemandirian nasional. Pemerintah terus membangun visi jangka panjang yang mencakup ketahanan logistik, kedaulatan ekonomi, dan stabilitas nasional. Perspektif ini menegaskan bahwa program swasembada harus dipahami sebagai investasi strategis untuk generasi mendatang. Peter Abdullah, Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute, memberikan perspektif mendalam mengenai pentingnya transformasi struktural ini bagimasa depan bangsa Indonesia. Menurut Peter Abdullah, upaya pemerintah untuk mewujudkan kemandirian bangsamelalui swasembada pangan dan energi merupakan langkah strategis dalammemperkuat ketahanan nasional, baik dalam situasi damai maupun krisis global. Pandangan ini menegaskan bahwa program swasembada bukan sekadar target produksi, melainkan investasi jangka panjang untuk stabilitas negara.  Ketahanan pangan dan energi bukan semata isu ekonomi, melainkan bagian daripertahanan negara. Dalam konteks ini, pemerintah mendorong penguatan sektordomestik agar Indonesia tidak bergantung pada impor dalam kondisi darurat. Strategi ini menjadi semakin relevan mengingat berbagai gejolak geopolitik yang kerapmempengaruhi rantai pasokan global. Peter Abdullah melihat upaya ini sebagaimomentum penting untuk mengubah paradigma pembangunan yang selama ini terlalubergantung pada sektor ekstraktif dan impor. Fokus pada transformasi ekonomi ini tidak hanya bertujuan mencapai swasembada, tetapi juga menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih resilient dan inklusif. Denganmemperkuat fondasi domestik, Indonesia diharapkan dapat mengurangi kerentananterhadap fluktuasi harga komoditas global dan shock ekonomi eksternal. Peningkatan produktivitas menjadi fokus utama dalam roadmap swasembada nasional. Pemerintah mulai membenahi sistem insentif agar petani memperoleh keuntungan yang layak, sekaligus menarik generasi muda kembali ke sektor pertanian. Langkah inidipandang krusial mengingat tantangan regenerasi yang dihadapi sektor pertanianIndonesia. Pemerintah mengedepankan keseimbangan antara harga yang terjangkau bagikonsumen dan pendapatan yang memadai bagi petani. Strategi ini diharapkan dapatmeningkatkan daya beli masyarakat perdesaan dan mendorong pertumbuhan ekonominasional yang lebih merata. Dukungan terhadap komoditas unggulan seperti beras terus diperkuat dalam program swasembada nasional. Pemerintah melihat potensi besar untuk mencapai swasembada, mengingat kapasitas panen Indonesia yang lebih tinggi dibanding negara-negara maju. Optimisme ini didukung oleh kondisi geografis dan iklim Indonesia yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini