Bukan Indonesia yang Gagal Bayar Utang Dalam Waktu Dekat, Ini Daftar Negaranya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Para pengamat tiba-tiba menakuti-nakuti, bertambahnya utang segera menghancurkan perekonomian Indonesia.

Diketahui utang pemerintah Indonesia kembali naik di semester I-2022 Rp 121 triliun sehingga utang seluruhnya menjadi Rp 7.123,62 triliun.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, beban bunga utang yang mahal menjadi salah satu titik kritis dari kondisi utang nasional.

Namun, ekonom Universitas Hopkins, Steve Hanke, negara yang paling cepat mengalami gagal membayar utang.

Menurut catatan Hanke, Ghana menjadi negara nomor dua yang gagal membayar utangnya.

Hanke mencatat inflasi di negara Afrika tersebut sudah mencapai 55 persen dan mata uang Ghana terdepresiasi hingga 32 persen.

Sementara Argentina menurut catatan Hanke mencatat negara ke-7 yang segera gagal membayar utang.

Inflasi di negara Amerika Latin tersebut menurut catatan Hanke sudah 89 persen dan mata uangnya terdepresiasi hingga 74 persen.

Sementara Turki, menurut Hanke, menjadi negara di urutan ke-20 yang akan gagal membayar utangnya karena mata uangnya sudah terdepresiasi hingga 67 persen.

Sedangkan inflasi di Turki menurut catatan Hanke sudah mencapai 129 persen.

Bagaimana dengan Indonesia?

Pemerintah sekarang sedang sekuat tenaga menahan laju inflasi yang sudah 5 persen salah satunya dengan mempertahankan subsidi bahan bakar minyak (BBM) khususnya pertalite.

Sementara sejak Desember 2021 hingga awal Juli 2022, rupiah terdepresiasi di angka 4,9 persen.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini