MATA INDONESIA, JAKARTA-Kepala BMKG Dwikorita mengungkapkan penyebab Bencana hidrometeorologi di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB), diyakini akibat terjadinya anomali cuaca. Menurutnya, bencana tersebut sudah diprediksi pihaknya sejak tanggal 2 April 2021.
“Pada tanggal 2 sudah kita prediksi, tapi masih berupa bibit siklon, belum menjadi siklon,” kata Dwikorita saat jumpa pers daring bersama BNPB, Senin 5 April 2021.
Dwikorita menjelaskan, perubahan dari bibit siklon menjadi siklon diakibatkan sejumlah faktor. Seperti, perubahan muka suhu permukaan air laut dan peningkatan suhu di atmosfer.
“Faktor berikutnya adalah global warming. Akibatnya, terjadilah aliran angin yang sifatnya siklonik, maka terjadi aliran angin yang sifatnya juga siklonik dan ini sangat jarang terjadi di wikalah tropis seperti Indonesia. Tapi 5-10 tahun ini terjadi karena dampak perubahan iklim global,” kata Dwikorita.
Dwikorita memprediksi, situasi alam seperti saat ini segera berakhir dalam dua hari ke depan. Menurut data dimiliki BMKG, terlihat pelemahan siklon untuk besok dan bakal bergerak terus menjauh dari Indonesia di tanggal 7 juga seterusnya.
“Tanggal 5 semakin bergerak ke barat daya itu kita namakan siklon seroja dan diprediksi tanggal 6 semakin lemah karena menjauh walau mengalami peningkatan dan perlu diwaspadai. Saat ini angin dan tanggal 7 makin melemah dan akan punah dan akan memasuki wilayah Australia,” katanya.