Black Friday, Warga AS Masih Memilih Belanja Langsung ke Toko

Baca Juga

MATA INDONESIA, NEW YORK – Warga AS tampaknya memilih tradisi daripada takut dengan penyebaran virus Covid-19. Buktinya di saat masih ada kekhawatiran pandemi, masyarakat AS memilih belanja langsung ke mal dan toko saat momen Black Friday, Jumat 26 November 2021.

Black Friday merupakan momen hari Jumat setelah perayaan Thanksgiving.  Banyak pedagang memberikan penawaran khusus, terutama berupa diskon besar-besaran. Beberapa tahun belakangan, momen ini banyak digunakan masyarakat untuk berbelanja kebutuhan untuk liburan secara online.

Namun untuk tahun 2021 ini berdasarkan data Adobe Analytics, pengeluaran pembelian online berada di bawah tahun lalu. Total pengeluaran pembeli online selama Black Friday hanya senilai USD 8,9 miliar, kurang dari USD 9 miliar pada tahun 2020.

”Pengeluaran online selama Hari Thanksgiving di USD 5,1 miliar,” ujar Adobe seperti dikutip dari Reuters, Minggu 28 November 2021.

Beberapa pembeli lebih memilih untuk belanja secara offline agar bisa mendapatkan hadiah tepat waktu untuk perayaan natal nanti. Mengingat, masih ada tantangan rantai pasokan dan penundaan pengiriman akhir-akhir ini.

Berdasarkan data dari Sensormatic Solutions, kunjungan pembeli saat Black Friday kemarin meningkat 47,5% di bandingkan tahun 2020. Namun, angkanya masih turun turun 28,3% jika dibandingkan dengan tahun 2019.

Beberapa pedagang ritel seperti Macy’s, Walmart, Target and Kohl’s telah memberikan fleksibilitas bagi pembelinya untuk berbelanja dengan metode apapun. Mereka memberi kesempatan bagi pembeli memilih mau belanja secara online, offline, atau secara hybrid.

Sementara itu, beberapa pembeli yang masih memilih belanja online mayoritas berasal dari pengguna Smartphone.

Tradisi Black Friday sebenarnya hanya dirayakan di Amerika Serikat. Namun saat ini sudah banyak negara termasuk Indonesia yang turut merayakannya. Dan sejak tahun 2005, Black Friday menjadi hari belanja tersibuk di Amerika Serikat.

Pada perayaan ini, biasanya toko-toko akan buka lebih awal, bahkan ada toko yang buka pada tengah malam demi memaksimalkan pendapatan. Karena diskon besar-besaran, banyak pembeli yang tergiur untuk berbelanja.

Ramainya pembeli mengakibatkan naiknya penjualan toko, sehingga menghilangkan tinta merah (rugi) pada catatan penjualan, menjadi tinta hitam (untung). Inilah yang menjadi asal-usul penamaan “Black Friday”.

Istilah Black Friday

Dulunya, istilah Black Friday tercipta oleh polisi di Philadelphia dan Rochester untuk menggambarkan kekacauan lalu lintas akibat kepadatan toko-toko ritel di pusat kota, Hal ini karena banyak warga dan para turis yang memanfaatkan hari Thanksgiving untuk berbelanja.

Ini membuat para polisi tidak mendapatkan jatah libur karena harus menyelesaikan masalah tersebut. Polisi juga kecapaian karena ada  pertandingan football antara angkatan darat dan angkatan laut. Dan itu  membuat kondisi lalu lintas tak terkendali.

Selain itu polisi Philadelphia juga harus menangani perampok yang memanfaatkan momentum ramainya toko ritel. Untuk itulah polisi Philadelphia menyebut hari itu sebagai Jumat Hitam.

Sematan negatif mengenai Black Friday membuat pemerintah Philadelphia dan para retailer berusaha mengubahnya menjadi Big Friday, guna menghilangkan pandangan negatif. Namun hal tersebut tidak berhasil, lantaran kata Black lebih terkenal daripada Big.

Hingga akhirnya di tahun 1980-an, para retailer mencari solusi untuk menjadikan Black Friday sebagai ajang diskon besar-besaran. Solusi tersebut berhasil dan menjadi perayaan tahunan hingga saat ini.

Reporter: Intan Nadhira Safitri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tindakan OPM Semakin Keji, Negara Tegaskan Tidak Akan Kalah Lawan Pemberontak

Organisasi Papua Merdeka (OPM) banyak melancarkan aksi kekejaman yang semakin keji. Maka dari itu, negara harus tegas untuk tidak...
- Advertisement -

Baca berita yang ini