BINDA Riau Terus Perangi Hoaks Terkait Covid-19

Baca Juga

MATA INDONESIA, PEKANBARU – Kepala Binda (Kabinda) Riau, Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Amino Setya Budi mengaku kalau pihaknya terus melakukan perlawanan terkait hoaks Covid-19. Dia mengungkapkan, berita bohong tersebut berkenaan tentang pandemi juga menyebar; antara lain tentang cara mengobati hingga soal efektifitas vaksinasi.

“Vaksinasi demi keselamatan kita semua. Tak bosan-bosan kami menghimbau, mari sama-sama kita melawan hoaks. Mari bersatu padu mensukseskan program vaksinasi massal di seluruh Nusantara,” kata Amino, Senin 21 Maret 2022.

Menurutnya, saat ini masyarakat juga harus berhadapan dengan bahaya hoaks di tengah merebaknya pandemi Covid-19. Dia meminta agar masyarakat agar tidak percaya kabar yang disebarkan dengan keliru tersebut.

Dia menegaskan bahwa kegiatan vaksinasi yang digencarkan pemerintah sudah teruji keabsahan serta memenuhi standar keilmuan serta prosedur keamanan dan kesehatan internasional. Binda Riau juga sekaligus melakukan kegiatan vaksinasi di mana sasarannya adalah anak usia 6 hingga 11 tahun hingga booster untuk masyarakat umum.

Vaksinasi Covid-19 pada anak juga telah direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Amino mengatakan, vaksinasi dilakukan sebagai benteng pelindung bagi seluruh masyarakat dan anak-anak tahun dari Covid-19.

Seperti diketahui, Binda Riau menargetkan 248.000 dosis vaksin untuk disebar setiap bulan sepanjang 2022 ini. Hal itu merupakan upaya mencegah terjadinya gelombang lanjutan penyebaran Covid-19.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini