MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Joe Biden berjanji akan meningkatkan sistem keamanan dunia maya negaranya dan menjadikan prioritas utama pemerintahannya.
Pernyataannya tersebut diungkapkan Biden usai terjadi serangan ke AS dan sistem komputer lain di seluruh dunia. Para pejabat AS mencurigai bahwa serangan tersebut dilakukan oleh hacker atau peretas Rusia.
Akan tetapi, Biden mengatakan bahwa pertahanan yang lebih kuat saja tidaklah cukup. Ia berencana menjatuhkan denda yang besar kepada mereka yang bertanggung jawab atas berbagai gangguan maupun serangan di dunia maya.
“Kami perlu mengganggu dan mencegah musuh kami melakukan serangan dunia maya yang signifikan sejak awal. Kami akan melakukannya dengan menjatuhkan denda yang besar pada mereka yang bertanggung jawab atas serangan jahat tersebut, termasuk dalam koordinasi dengan sekutu dan mitra kami,” tutur Biden, melansir Al Jazeera.
Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA) mengatakan dalam serangan canggih yang sulit dideteksi dan akan sulit dibenahi. CISA tidak mengatakan lembaga atau infrastruktur mana yang telah dilanggar atau informasi apa yang diambil dalam serangan yang sebelumnya dikatakan telah dimulai pada Maret.
“Aktor ancaman ini telah menunjukkan kecanggihan dan keahlian yang kompleks dalam intrusi ini. CISA berharap bahwa menghapus aktor ancaman dari lingkungan yang terancam akan menjadi sangat kompleks dan menantang,” pernyataan CISA.
Peretasan tersebut, jika pihak berwenang benar-benar dapat membuktikan bahwa itu dilakukan oleh negara seperti Rusia, seperti yang diyakini para ahli. Maka jelas akan menciptakan masalah kebijakan luar negeri baru bagi Presiden Donald Trump di hari-hari terakhirnya menjabat.
Pejabat AS sebelumnya mengatakan kepada kantor berita The Associated Press bahwa mereka mencurigai peretas yang berbasis di Rusia. Akan tetapi, CISA maupun FBI tidak secara terbuka mengatakan siapa dalang di balik semua serangan di dunia maya.
“Tampaknya ini kasus peretasan terburuk dalam sejarah Amerika. Mereka terlibat dalam segalanya,” kata pejabat AS.