MATA INDONESIA, JAKARTA – Vaksin Astra Zeneca kini menjadi polemik akibat blowup media massa maupun media sosial yang negatif sehingga masyarakat berpersepsi vaksin tersebut menjadi penyebab penggumpalan darah dan berbahaya. Maka, hal itu dibantah oleh dua ahli yaitu spesialis penyakit dalam dr. RA Adaninggar dan seorang ahli bioteknologi, Bimo Ario Tejo.
Dalam pesan mereka yang diterima Mata Indonesia News, Selasa 16 Maret 2021, menyatakan belum ditemukan hubungan sebab akibat antara pembekuan darah dengan vaksin Astra Zeneca.
“Diduga kejadian itu berhubungan batch vaksin yang diedarkan di Eropa yaitu batch ABV 5300,” demikian pernyataan tertulis dr. RA Adaninggar.
Sebab, kejadian itu hanya ditemukan 37 kasus di Eropa, tetapi sekali lagi tidak terjadi di semua negara benua biru tersebut.
Sebab, Prancis tetapi melanjutkan vaksinasi menggunakan Astra Zeneca dan hingga kini tidak menemukan kejadian ikutan yang serius hingga harus dirawat intensif di rumah sakit. Bukan hanya Prancis, Kanada, Australia bahkan Thailand pun tidak menghentikan vaksinasi menggunakan Astra Zeneca.
Bukan hanya itu, dari 11 juta dosis yang disuntikkan di Inggris, 20 juta di India dan 5 juta di Uni Eropa tidak menemukan efek samping pembekuan darah.
Selama ini kelebihan Vaksin Astra Zeneca adalah efikasinya sebesar 76 persen setelah 8-12 minggu suntikan pertama dan meningkat menjadi 82,4 persen setelah 12 minggu.
Vaksin itu juga diklaim tidak hanya membuat penerimanya tidak bergejala tetapi juga bisa mencegah penularan.
Bahkan saat disuntikkan kepada kormorbid seperti obesitas, kardiovaskular, penyakit pernapasan dan diabetes efikasinya 73,43 persen.
Efektif juga untuk lansia berusia di atas 60 tahun, bisa disimpan di freezer kulkas biasa dan umumnya menimbulkan efek samping yang ringan.
Meski begitu, Indonesia tetap menunda menggunakannya sambil menunggu data kajian pihak berwenang, meski WHO sudah menyatakan tidak beralasan untuk menghentikan vaksinasi menggunakan Astra Zeneca.