Begini Wajah Ceria WNI dari Wuhan pada Hari Ke-8 Karantina di Natuna

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Hari ke-8 karantina kondisi WNI dari Wuhan baik-baik saja dan cenderung bahagia. Dua mahasiswi yang mengikuti program tersebut mengaku sangat senang dan puas dengan penanganan observasi mereka di Pangkalan Militer Natuna tersebut karena makanannya enak.

Kedua mahasiswi itu adalah Novi dan Elva mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Presiden Jokowi dan masyarakat Indonesia.

Elva menjelaskan fasilitas di karantina itu lengkap dan dia terkesan dengan makanannya yang enak.

“Selain enak, makanan di sini juga diperiksa dengan teliti sehingga kami merasa aman di sini,” ujar Novi dalam vlog khusus dari karantina di Natuna dari KSP, Minggu 9 Februari 2020.

Mereka juga menjalani pemeriksaan kesehatan dua kali satu hari yaitu pagi dan malam sehingga Elva mengingatkan semua masyarakat bahwa mereka dalam keadaan sehat hingga hari ke-8 di karantina.

Selain itu, warga Natuna juga digambarkan sudah memahami dengan baik soal virus corona sehingga mereka tidak ketakutan lagi seperti sebelumnya.

Hari ke 7 Karantina WNI dari Wuhan, Puskesmas Ranai Natuna mengunjungi sekolah sekolah memberikan pengetahuan tentang Flu dan penularan nya, dan pemeriksaan kesehatan. Salah satu yang di kunjungi SD09 AIR RAYA RANAI.

Kepala Puskesmas Dr. Nazri menjelaskan bahwa anak anak sekolah kondisinya sama seperti hari biasa.

Penyuluhan ditujukan agar pengetahuan anak anak cukup terhadap penyakit yg disebabkan virus corona yang saat ini di daerah nya dijadikan lokasi karantina.
Edukasi ini juga bertujuan untuk menghilangkan kecemasan.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini