Begini Ekspresi Bangga Prabowo Subianto di Depan KSAU Senegal

Baca Juga

MATA INDONESIA, BANDUNG – Menteri Pertahanan Prabowo Subianto merasa bangga bisa menyerahkan CN235 – 220 MPA kepada Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Senegal di pabrik PT Dirgantara Indonesia (DI), Bandung. Dia ingin PTDI bangkit.

Dia mengunggah peristiwa itu di akun instagramnya bersamaan dengan foto bersama Brigjen Angkatan Udara Papa Souleymane SARR yang dikutip Jumat 19 Maret 2021.

Pada foto itu Prabowo tampak mengacungkan jempolnya dan menuliskan keterangan dengan tulisan “ekspor Pesawat Karya Anak Bangsa.”

“Dalam agenda persiapan dan pelepasan ekspor Pesawat Karya Anak Bangsa CN 235 – 220 MPA kepada KASAU Senegal Le Général de Brigade Aérienne – Papa Souleymane SARR di PT. Dirgantara Indonesia, Bandung,” begitu nada kebanggaan Prabowo dalam pernyataannya.

Prabowo menyatakan di tengah tantangan selama 20 tahun terakhir, patut disyukuri PTDI berhasil bertahan dan masih menjual pesawat maupun helikopternya.

Kementerian Pertahanan bertekad agar PTDI dapat bangkit kembali ke tempat semula menjadi pelopor di Asia Tenggara maupun Asia.

CN 235 MPA
CN 235 MPA pesanan Angkatan Udara Senegal yang bikin bangga Prabowo Subianto. (IG @prabowo)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini