Banyak Kelompok Separatis di Papua, Pengamat: Pemetaan Kekuatan oleh Intelijen Penting!

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Terdapat beberapa kelompok separatis di Papua yang memiliki tujuan untuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bahkan beberapa diantaranya memiliki senjata api. Melihat hal ini, pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta menilai bahwa peran intelijen penting untuk mengantisipasi pergerakan kelompok tersebut khususnya bagi yang bersenjata.

“Intelijen harus bergerak terlebih dulu untuk melakukan pemetaan dengan akurat. Hasil dari pemetaan ini yang ditindaklanjuti oleh pasukan yang akan memburu OPM,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Senin 24 Mei 2021.

Adapun menurut peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Cahyo Pamungkas banyaknya kelompok separatis di Papua ini juga menyebabkan permasalahan menjadi semakin kompleks.

“Ada kelompok bersenjata, dari OPM 1965 kemudian misalnya koordinasi dan pembentukan TPNPB OPM 2006 ada Dewan Militer TPBNPB ada komando nasional.  Ini menunjukkan kompleksitas aktor politik di Papua,” kata Prof Dr Cahyo Pamungkas.

Maka, selain pendekatan keamanan, pendekatan lunak juga dilakukan, yaitu dengan membuka ruang dialog dengan masing-masing pihak yang dinilai memiliki pengaruh penting di Papua.

“Pendekatan dialog harus dilakukan secara inklusif, secara komperhensif dengan membahas agenda bersama dan punya legitimasi yang kuat dari beberapa pihak,” kata Prof Dr Cahyo Pamungkas.

Sejauh ini pemerintah pun menitikberatkan pendekatan kesejahteraan terhadap masyarakat Papua. Tujuannya, agar masyarakat tidak salah persepsi  dan menganggap bahwa pemerintah hanya fokus pada pendekatan keamanan.

“Supaya tidak ada salah persepsi bahwa seakan-akan penanganan di Papua itu lebih kepada pendekatan keamanan, padahal justru kita ingin pendekatannya adalah pendekatan kesejahteraan,” kata Ma’ruf.

 

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok BBM Dipertahankan Rata-Rata 20 Hari untuk Menjamin Kebutuhan Jelang Nataru

Oleh: Anggina Nur Aisyah* Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025/2026, pemerintah menegaskankomitmennya dalam menjamin ketersediaan energi nasional melalui kebijakan strategismenjaga stok bahan bakar minyak pada rata-rata 20 hari. Kebijakan ini menjadi buktinyata kesiapan negara dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakatselama periode libur panjang, sekaligus memperkuat rasa aman publik terhadapkelangsungan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Penjagaan stok BBM tersebutmencerminkan perencanaan yang matang, berbasis data, serta koordinasi lintas sektoryang solid antara pemerintah, regulator, dan badan usaha energi nasional. Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesiapan menghadapi arus Natal dan Tahun Baru memperlihatkan bahwa sektor energi ditempatkan sebagai prioritas utamadalam pelayanan publik. Presiden memastikan bahwa distribusi bahan bakar berjalanoptimal seiring dengan kesiapan infrastruktur publik, transportasi, dan layananpendukung lainnya. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energimasyarakat tidak hanya dipandang sebagai aspek teknis, melainkan sebagai bagian daritanggung jawab negara dalam menjaga stabilitas nasional dan kenyamanan publikselama momentum penting keagamaan dan libur akhir tahun. Langkah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan mengaktifkan kembali Posko Nasional Sektor...
- Advertisement -

Baca berita yang ini