MATA INDONESIA, JAKARTA-Kasus penembakan di sekolah saat ini sedang banyak terjadi di luar negeri dan menewaskan banyak siswanya.
Nah, melihat tersebut sebuah perusahaan furnitur di AS dilaporkan telah mengembangkan meja anti peluru untuk sekolah guna melindungi guru dan siswa dari penembakan.
Setelah diuji dengan pistol dan senapan mesin, meja dibolak-balik membentuk barikade, dan meja sukses bertahan meski dihujani senapan.
“Tidak ada peluru yang tembus. Faktanya, meja bahkan tidak pernah bergeser dari tempatnya saat ditembak,” kata John Jerman, presiden Office Furniture Works.
Ide ini tak hanya kreatif, namun juga solutif mengingat hingga saat ini, telah terjadi 309 penembakan massal di negara itu. Tak hanya pistol, meja ini disebut tahan terhadap granat hingga senapan mesin.
Melansir dari Sky News, pihak perusahaan furnitur juga sempat memberikan penjelasan bagaimana penggunaan meja anti pelurunya.
Ia mendemonstrasikan tiga meja dilipat dan membentuk barikade dalam formasi segitiga. Satu formasi segitiga itu diklaim mampu melindungi hingga 30 siswa.
Pihak perusahaan juga mengatakan meja hanya memiliki berat 360lb atau sekitar 163,3kg. Meja itu juga memiliki tuas sehingga mudah untuk mengubahnya jadi tameng. Akhirnya siswa dapat berlindung di balik meja itu.
First Line Furniture yang berbasis di Tennessee ini memang sengaja membuat meja anti peluru. Mereka telah bekerja sama dengan pembuat meja balistik dengan tujuan mendistribusikannya di sekolah-sekolah untuk melindungi siswa dari penembakan.
Bukan tanpa bukti, perusahaan furnitur ini juga membagikan video percobaan. Meja yang seharusnya jadi tempat belajar siswa, diubah jadi tameng anti peluru. Mereka menggunakan pistol tangan dalam percobaan ini.
Uniknya, tak ada peluru yang mampu menembus pertahanan meja ini. Bahkan berulang kali tembakan juga tak membuat peluru memantul. Peluru yang ditembakkan masuk ke dalam meja sehingga mengurangi bahaya.
“Penembak datang ke pintu – terkunci. Dia menembak kuncinya. Semua peluru masuk ke meja. Ini bukan logam. Tidak ada pantulan, ungkap John Jerman.