Bakal Diinvasi Rusia, Washington Perintahkan Keluarga Diplomat AS Tinggalkan Ukraina

Baca Juga

MATA INDONESIA, WASHINGTON – Krisis Ukraina dan Rusia belum juga reda. Hal ini membuat pemerintah Amerika Serikat (AS) meminta kerabat diplomat yang ditempatkan di Kiev, Ukraina untuk meninggalkan negara tersebut.

Departemen Luar Negeri AS juga mengimbau warga negara Paman Sam untuk tidak bepergian ke Ukraina karena peningkatan ancaman aksi militer dari Rusia dan Covid-19.

Dalam travel advisory yang diterbitkan di situsnya, Departemen Luar Negeri AS mengatakan, ada laporan bahwa Rusia merencanakan aksi militer yang signifikan terhadap Ukraina.

Selain memerintahkan keberangkatan anggota keluarga staf kedutaan Kiev yang memenuhi syarat, Washington juga mengizinkan keberangkatan sukarela pegawai kedutaan. Menurut kantor berita AP, keberangkatan mereka atas biaya pemerintah AS.

“Kondisi keamanan, terutama di sepanjang perbatasan Ukraina, di Krimea yang diduduki Rusia, dan di Ukraina timur yang dikuasai Rusia, tidak dapat diprediksi dan dapat memburuk,” kata travel advisory Departemen Luar Negeri AS.

“Demonstrasi, yang terkadang berubah menjadi kekerasan, secara teratur terjadi di seluruh Ukraina, termasuk di Kiev,” sambung pernyataan Departemen Luar Negeri AS, melansir Deutsche Welle, Senin, 24 Januari 2022.

Mengutip pejabat Departemen Luar Negeri AS yang mengatakan bahwa kedutaan akan tetap buka dan pengumuman itu bukan merupakan evakuasi. Langkah itu tidak mencerminkan pelonggaran dukungan AS untuk Ukraina dan telah dipertimbangkan selama beberapa waktu.

Pada Minggu (23/1) malam waktu setempat, Departemen Luar Negeri AS juga mengeluarkan kembali imbauan untuk seluruh warga AS untuk tidak mengunjungi Rusia sementara waktu.

“Ketegangan yang sedang berlangsung di sepanjang perbatasan dengan Ukraina. Kami menyarankan untuk tidak melakukan perjalanan dari Rusia ke Ukraina melalui darat,” lanjutnya.

Pengumuman itu muncul setelah kekhawatiran Barat dan Ukraina atas pembangunan militer Rusia di sepanjang perbatasannya dengan Ukraina.

Kantor Luar Negeri Inggris mengklaim bahwa Rusia berusaha untuk menempatkan seorang pemimpin pro-Rusia di Ukraina, sebuah klaim yang disebut Rusia sebagai informasi yang keliru.

Dalam sebuah wawancara, Menteri Pertahanan Jerman, Christine Lambrecht menyerukan penurunan ketegangan. Ia juga memastikan bahwa Jerman tidak akan memasok senjata ke Ukraina.

Sementara dialog antara Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken dan Menlu Rusia, Sergei Lavrov di Jenewa, Swiss, tidak menghasilkan terobosan besar apa pun terkait krisis Ukraina-Rusia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemimpin Terpilih Pilkada 2024 Diharapkan Menyatukan Aspirasi Semua Pihak

Jakarta - Presiden Prabowo Subianto mengatakan bahwa pemimpin daerah yang terpilih dalam Pilkada Serentak 2024 harus mampu menyatukan seluruh...
- Advertisement -

Baca berita yang ini