MATA INDONESIA, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden dan Presiden Rusia, Vladimir Putin diagendakan akan bertemu di Jenewa, Swiss pada 16 Juni. Kabar ini diumumkan oleh Gedung Putih dan Kremlin di tengah perselisihan tajam mengenai campur tangan pemilu AS, serangan siber, hak asasi manusia, dan Ukraina.
“Presiden Amerika Serikat tidak takut untuk melawan musuh dan menggunakan momen diplomasi langsung untuk menyampaikan bidang-bidang yang menjadi perhatiannya dan mencari peluang untuk bekerja sama di bidang-bidang di mana kita memiliki kesepakatan bersama,” kata juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, melansir Reuters, Rabu, 26 Mei 2021.
Dalam sebuah pernyataan, Kremlin mengatakan bahwa kedua pemimpin akan membahas hubungan bilateral, masalah terkait stabilitas nuklir strategis, dan masalah lain termasuk kerja sama dalam perang melawan COVID-19 dan konflik regional.
Sebelumnya, Presiden AS, Biden pernah berharap Putin berhenti mencoba mempengaruhi pemilihan AS, menghentikan serangan dunia maya pada jaringan AS yang berasal dari Rusia, berhenti mengancam kedaulatan Ukraina, dan membebaskan kritikus Kremlin Alexei Navalny yang dipenjara.
Para pejabat Rusia menganggap pertemuan di Jenewa nanti sebagai kesempatan untuk mendengar secara langsung beragam pesan dari Presiden Biden yang mulai menjabat pada 20 Januari.
Putin memandang tekanan AS atas Navalny dan dukungannya terhadap aktivis pro-demokrasi di Rusia dan Belarusia sama saja dengan mencampuri urusan dalam negeri Rusia.
Rusia juga tidak senang dengan sanksi AS, termasuk yang diumumkan pada 15 April untuk menghukum Moskow karena mencampuri pemilu AS 2020, peretasan siber, penindasan terhadap Ukraina, dan dugaan tindakan jahat lainnya yang dibantah oleh Rusia.
Rusia membantah ikut campur dalam pemilihan AS, mengatur peretasan dunia maya yang menggunakan perusahaan teknologi AS SolarWinds Corp SWI.N untuk menembus jaringan pemerintah AS dan menggunakan agen saraf untuk meracuni Navalny, yang dipenjara atas tuduhan yang menurutnya bermotivasi politik.
Sederet masalah tersebut membuat pemerintah AS memasukkan perusahaan Rusia ke dalam daftar hitam, mengusir diplomat Rusia, dan melarang bank AS membeli obligasi pemerintah dari bank sentral Rusia, dana kekayaan nasional, dan Kementerian Keuangan.
Biden juga menyuarakan keprihatinan tentang penumpukan pasukan Rusia di Krimea, yang direbut Rusia dari Ukraina pada Maret 2014, dan di sepanjang perbatasan dengan Ukraina, yang telah menimbulkan kekhawatiran AS tentang kemungkinan invasi.am