MATA INDONESIA, TOKYO – Bulutangkis adalah cabang olahraga andalan Indonesia meraih medali di Olimpiade. Tapi, khusus tunggal putra, sudah lama tak menyumbang emas.
Tunggal putra terakhir yang bisa menyumbang medali emas adalah Taufik Hidayat di Olimpiade 2004 di Athena. Sejak itu, tak ada lagi yang bisa naik podium dari tunggal putra.
Saat ini Indonesia menaruh harapan pada Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie. Hari ini mereka masih akan main di babak penyisihan grup. Tapi, keduanya diyakini bisa melaju ke babak selanjutnya.
Pertanyaannya adalah, apakah salah satu dari mereka bisa menyumbang emas? Jika dilihat dari peta persaingan, rasanya sulit. Masih ada nama-nama top seperti Kento Momota, Viktor Axelsen, Chen Long, hingga Chou Tien Chen.
Tungga putra peraih medali emas Olimpiade 1992, Alan Budikusuma memberikan suntikan semangat pada Anthony dan Jonatan agar bisa meraih hasil maksimal di Tokyo.
“Jojo (Jonatan) perlu lebih cepat beradaptasi agar bisa mengatasi kondisi pertarungan demi melanjutkan kiprahya,” ujar Alan, di laman resmi Kemenpora.
Joja sebenarnya pernah mengalahkan nama-nama top mulai dari Momota dan Axelsen. Dia juga meraih medali emas Asian Games 2018. Alan menilai, seharusnya itu menjadi modal bagus.
“Itu seharusnya jadi modal tersendiri, terlebih di ajang sebesar Olimpiade. Optimisme itu harus dipertahankan, tapi dengan kosentrasi dan tenang,” katanya.
Alan juga mengharapkan Anthony cepat membaca situasi pertarungan. Dengan persiapan mumpuni. Di laga pertama Grup J, ia kantongi kemenangan atas Gergely Krausz (Hungaria) 21-13, 21-8. Kali ini ia akan berjibaku dengan Sergey Sirant (peringkat 77 dunia) yang berstatus refugee team IOC.
“Kadang ada situasi yang tak terduga, dalam kondisi ini Anthony harus jaga emosi dan lebih sabar. Secara nonteknis, pemain harus benar-benar memahami latar belakang semua game plan yang disiapkan. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk memupuk ketenangan dan mental sehingga menambah kesiapan saat memasuki arena,” ucapnya.
Alan menyebut, pemain dengan tipe menyerang kadang bisa jadi lengah justru lantaran ia terlalu terpaku pada serangan dan merasa sedang pas dalam permianannya, terlebih saat hadapi lawan yang peringkatnya lebih rendah. Ketika tiba-tiba pertarungan jadi sulit, jadi kebingungan sendiri.
“Di sini peran pelatih sangat diperlukan buat menenangkan asuhannya di saat jeda skor. Pelatih juga harus jeli. Tapi, saya yakin itu jadi bagian dari persiapan mereka,” ungkapnya.