MATA INDONESIA, JAKARTA-Awal tahun 2021 terlihat grafik perekonomian di Indonesia mulai naik. Hal yang paling nyata adalah minat masyarakat untuk berbelanja sudah mulai membaik.
Berdasarkan hasil kajian khusus Mandiri Institute mengungkapkan bahwa nilai belanja masyarakat saat ini berada 4,6 persen lebih tinggi dibandingkan dengan periode Januari 2020.
Sementara frekuensi belanja 16,7 persen lebih tinggi, di mana kenaikan ini juga terkonfirmasi melalui data mobilitas yang direkam melalui data Google
“Tren belanja tahun ini naik dibandingkan tahun lalu,” ujar Kepala Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono, Selasa 16 Maret 2021.
Yudo mengatakan mengenai tren belanja masyarakat dengan memanfaatkan high-frequency transaction data. Dimana mengembangkan Mandiri Spending Index yang memperhitungkan komposisi belanja berdasarkan sub-kategori belanja, seperti supermarket, restoran, household, fashion dan lain sebagainya.
Komposisi ini kata dia, digunakan sebagai pembobot untuk menyusun indeks belanja yang dapat membantu pemerintah dan sektor usaha untuk mengamati pergerakan belanja masyarakat Indonesia sejak awal 2020 hingga saat ini.
Yudo mengatakan indeks belanja mengalami perbaikan di hampir seluruh wilayah, kecuali daerah pariwisata seperti Bali dan DI Yogyakarta.
Catatan terakhir menunjukkan bahwa Mandiri Spending Index di Bali masih berada di posisi 39,4 dari posisi sebelum pandemi. Hal ini membutuhkan perhatian khusus, terutama untuk menghindari adanya ketimpangan dalam pemulihan ekonomi.
Selain itu, Yudo mengungkapkan ada beberapa faktor yang masih dapat menahan tren perbaikan belanja masyarakat, antara lain pembatasan mobilitas/aktivitas masyarakat yang berpotensi menekan aktivitas ekonomi dan belanja.
“Kemudian, masih relatif tingginya penularan covid-19 juga dapat menahan keinginan masyarakat untuk berbelanja, meskipun tampaknya ada penurunan tingkat penularan covid-19 belakangan ini,” katanya.
Ia juga menyebutkan bahwa ketidakstabilan pemulihan belanja masyarakat juga didorong oleh perilaku kelompok menengah atas yang masih menahan belanja, terutama untuk kategori belanja tertentu.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh masih rendahnya keyakinan untuk melakukan mobilitas, termasuk berbelanja, secara aman.