MINEWS.ID, JAKARTA – Mungkin tidak banyak yang mengetahui, pusat perbelanjaan yang letaknya di sisi timur flyover Senen memiliki nilai sejarah dan merupakan karya nekat bos properti ternama Ciputra yang Rabu 27 November 2019 meninggal dunia.
Dibilang modal nekat karena saat menawarkan diri membangunnya, Ciputra muda baru lulus dari jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1960.
Apalagi saat itu dia bukan tergolong ‘orang berada’ yang memiliki modal kuat untuk menalangi pembangunan sebuah bangunan besar.
Ciputra yang asal Parigi Sulawesi Tengah 24 Agustus 1931 tersebut lahir dari keluarga sederhana. Bahkan sejak usia 12 tahun dia harus bisa hidup mandiri setelah ayahnya ditangkap tentara Hindia Belanda.
Untuk membiayai kuliahnya, Ciputra terpaksa membuka kantor konsultan arsitek bersama temannya Budi Brasali dan Ismail Sofyan. Saat itu, dia masih tingkat empat.
Cerita bisa membangun Pusat Perbelanjaan Proyek Senen, benar-benar modal nekat. Saat itu Gubernur Daerah Chusus Ibukota (DCI) Jakarta Soemarno Sastroatmodjo ingin membangun ibu kota negara menjadi wilayah yang tertata rapi dan bersih.
Salah satu programnya membangun pusat perbelanjaan modern untuk ukuran 1965. Saat itu Ciputra menawarkan diri menangani proyek tersebut, tetapi dengan berterus terang bahwa dia baru saja lulus sekolah.
Namun, Gubernur Soemarno menyetujuinya karena profesi arsitek saat itu masih sangat langka.
Setelah studi kelayakan dan arus kas proyek tersebut dia buat, Gubernur Soemarno mempertemukan lelaki yang sering dipanggil Pak Ci itu dengan Presiden Soekarno.
Presiden pun menyetujui proposal Ciputra. Itu lah awal dia menggeluti bisnis properti, hingga memiliki holding Ciputra Grup saat ini.
Ratusan bangunan, tempat perbelanjaan, taman hiburan hingga apartemen karya perusahaan tersebut kini sudah tersebar di seantero negeri. Hanya berawal dari modal nekat.