MINEWS.ID, TIMIKA – Bukan hanya warga Minang, ribuan perantau lain di Kota Wamena sekarang sedang dalam keadaan ketakutan dan berharap cepat keluar dari kota itu. Hal tersebut diungkapkan Sahrawi, seorang perantau yang berhasil mengungsi ke Timika.
Mereka yang berasal dari Tiom, Tolikara dan daerah-daerah lain sekarang sudah turun semua ke Kota Wamena karena kondisi tidak aman lagi untuk pendatang. Mereka menunggu antrean untuk segera meninggalkan wilayah yang menjadi konflik rasis tersebut.
“Yang bertahan di Wamena sekarang ini hanya pengusaha-pengusaha besar saja, kalau yang tidak punya usaha kebanyakan mau pulang semua,” kata Sahrawi yang telah bermukim 11 tahun di Wamena sejak 2008.
Seperti dilansir antara, mereka yang ingin meninggalkan kota penuh ketegangan tersebut kini mengungsi di markas-markas Kodim, Koramil maupun Polres Jayawijaya, Papua.
Sahrawi dan puluhan orang lainnya beruntung bisa eksodus ke Timika. Dia bagian dari 187 orang yang berhasil keluar dari kota Wamena.
Sahrawi bersama 38 perantau lainnya dibantu Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB) Kabupaten Mimika. Untuk sementara mereka ditempatkan pada Sekretariat Paguyuban Pati, Pasar Sentral Timika.
Ketua KKJB Mimika Parjono, Sabtu 28 September 2019, mengatakan sebagian besar perantau tersebut merupakan warga Kabupaten Sampang, Madura, tiga lainnya dari Kabupaten Kediri dan Nganjuk.
Parjono mengaku sebelumnya diserahkan 84 perantau Wamena dari TNI AU, Mayor Librianus R. Namun, sebanyak 45 orang sudah pulang ke kampung halamannya masing-masing dengan biaya sendiri.
Selama berada di Timika, para perantau tersebut dirawat KKJB Mimika sambil menunggu rencana pemulangan ke daerah masing-masing.
KKJB juga terus berkoordinasi dengan Lanud Yohanes Kapiyau Timika Letkol Penerbang Sugeng Sugiharto serta pemerintah daerah asal para perantau. Dia juga mengaku sudah berkoordinasi dengan sejumlah pemerintah daerah di Madura.
Parjono menegaskan dalam tiga hari mendatang para pengungsi tersebut akan difasilitasi untuk bisa pulang ke kampung halaman masing-masing.
Wamena mengalami aksi anarkis pada 23 September 2019 yang mengakibatkan 30 -an pendatang tewas. Mereka ada yang tewas karena terbakar karena tempat tinggal atau tempat usahanya disulut api pengunjuk rasa.
Ada pula yang tewas dengan sadis oleh perusuh seperti almarhum dr Soeko Marsetiyo yang tewas terpanggang di dalam mobil yang dibakar perusuh. Hal itu membuat para pendatang di sana sangat ketakutan berharap bisa segera keluar dari kota itu.