MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Amerika Serikat, Uni Eropa, dan lebih dari selusin negara Amerika Latin menolak hasil pemilihan Presiden Venezuela. Sebagaimana diketahui, Nicolas Maduro kembali menjabat sebagai Presiden Venezuela hingga enam tahun ke depan.
“Amerika Serikat, bersama dengan banyak negara demokrasi lainnya di seluruh dunia mengutuk sandiwara yang gagal memenuhi standar minimum kredibilitas,” kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, melansir Reuters, Selasa, 8 Desember 2020.
Diplomat top Uni Eropa, Josep Borrell mengatakan bahwa Pemilihan Presiden Venezuela “gagal memenuhi standar minimum internasional.” Sementara sekelompok negara Amerika Latin termasuk Brasil dan Kolombia mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pemungutan suara itu “tidak memiliki legalitas dan legitimasi.”
Maduro berhasil menyapu bersih pemilihan Majelis Nasional Venezuela yang digelar pada Minggu (6/12). Partai Sosialis Venezuela dan koalisinya memenangkan 67% dari 227 kursi Majelis Nasional, sehingga dapat mengamankan suara mayoritas.
“Venezuela sudah memiliki Majelis Nasional baru. Kemenangan yang luar biasa, tanpa keraguan,” kata Maduro dalam sambutan di televisi.
Di bawah kepemimpinan Presiden Maduro, Venezuela sejatinya menghadapi berbagai problematika, seperti krisis di sektor ekonomi, program sanksi AS yang agresif, serta eksodus migrasi massal. Legislator oposisi bahkan mengecam Maduro atas pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi, ini membuktikan duri di pihak Partai Sosialis.