MATA INDONESIA, WASHINGTON – Komando Pusat Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa serangan udara tahun 2019 yang menewaskan warga sipil Suriah merupakan tindakan sah.
Pernyataan ini merupakan tanggapan atas penyelidikan yang dilakukan oleh New York Times yang mengatakan bahwa militer As telah menyembunyikan kematian puluhan non-kombatan, termasuk di dalamnya perempuan dan anak-anak.
Surat kabar itu merilis hasil penyelidikannya pada Sabtu (13/11) dan menyatakan bahwa satuan tugas khusus AS yang beroperasi di Suriah – terkadang meninggalkan mitra militernya dalam kegelapan untuk menjaga kerahasiaan, menjatuhkan tiga bom di di dekat benteng kelompok ISIS di Baghouz yang menewaskan 70 warga sipil.
“Seorang pejabat hukum AS menandai serangan itu sebagai kemungkinan kejahatan perang tetapi di hampir setiap langkah, militer membuat gerakan yang menyembunyikan serangan bencana itu,” demikian laporan New York Times.
Mengutip dokumen rahasia, wawancara dengan personel yang terlibat langsung dan pejabat dengan izin keamanan tinggi, The New York Times menemukan bahwa serangan itu adalah salah satu insiden korban sipil terbesar dalam perang melawan ISIS, meskipun tidak pernah diakui secara publik oleh militer AS.
“Jumlah korban tewas diremehkan. Laporan ditunda, dibersihkan dan dirahasiakan. Pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat melibas lokasi ledakan. Dan para pemimpin puncak tidak diberi tahu,” kata laporan tersebut.
“Temuan penyelidikan inspektur jenderal independen Pentagon terhenti dan dilucuti dari penyebutan pemogokan,” sambung laporan tersebut, melansir France24, Senin, 15 November 2021.
Menanggapi laporan The New York Times, Komando Pusat (CENTCOM) mengatakan bahwa serangan itu adalah pertahanan diri yang sah, proporsional, dan langkah-langkah yang tepat telah diambil untuk mengesampingkan kehadiran warga sipil.
Ia menambahkan penyelidikan diluncurkan setelah sebuah laporan militer menemukan kemungkinan ada korban sipil. Bersamaan dengan 16 pejuang ISIS yang dipastikan tewas dalam pemboman itu, penyelidikan menyimpulkan setidaknya empat warga sipil tewas dan delapan terluka.
“Kami melaporkan sendiri dan menyelidiki serangan itu menurut bukti kami sendiri dan bertanggung jawab penuh atas hilangnya nyawa yang tidak disengaja,” kata juru bicara CENTCOM, Kapten Bill Urban.
“Penyelidikan tidak dapat secara meyakinkan mencirikan status lebih dari 60 korban lainnya. Baik melalui indoktrinasi atau pilihan, memutuskan untuk mengangkat senjata dalam pertempuran ini dan dengan demikian tidak dapat secara ketat diklasifikasikan sebagai warga sipil,” tuturnya.