AS Sebut Rusia Tidak Tahu Malu!

Baca Juga

MATA INDONESIA, NEW YORK – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan penyelidikan independen atas pembunuhan di Kota Bucha, Ukraina. Sebagaimana diketahui, ratusan jenazah warga Ukraina ditemukan di wilayah Bucha yang diduga dibantai oleh pasukan Rusia.

“Saya sangat terkejut dengan gambar warga sipil yang terbunuh di Bucha, Ukraina. Sangat penting bahwa penyelidikan independen mengarah pada akuntabilitas yang efektif,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dalam sebuah pernyataan, melansir Al Jazeera, Selasa, 5 April 2022.

Rusia – yang pasukannya mundur dari wilayah Kiev saat mereka mengalihkan fokus mereka ke timur dan selatan negara itu, menepis tuduhan pembunuhan warga sipil di Bucha. Moskow menegaskan bahwa beberapa rekaman yang memicu kemarahan telah dimanipulasi.

“Para ahli di Kementerian Pertahanan Rusia telah mengidentifikasi tanda-tanda pemalsuan video dan berbagai pemalsuan,” kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov tanpa menjelaskan lebih lanjut.

“Kami akan menuntut banyak pemimpin internasional untuk tidak terburu-buru melontarkan tuduhan dan setidaknya mendengarkan argumen kami,” sambungnya.

Sementara itu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Ned Price menolak pembelaan yang dilontarkan Rusia. Ia mengatakan bahwa pernyataan Moskow sangat tidak berdasar dan tidak tahu malu.

“Gambar-gambar yang telah kami lihat dan laporan yang kami dengar menunjukkan bahwa kekejaman ini bukanlah tindakan seorang tentara yang nakal; mereka adalah bagian dari kampanye yang lebih luas dan meresahkan,” tegas Price.

Dia mengatakan bahwa Washington mendukung tim penyelidik multinasional untuk mengumpulkan dan menyimpan bukti kejahatan perang atas permintaan jaksa agung Ukraina.

“Mereka yang bertanggung jawab atas kekejaman harus dimintai pertanggungjawaban, seperti halnya mereka yang memerintahkannya. Mereka tidak bisa dan tidak akan bertindak tanpa hukuman,” sambungnya.

“Kami melacak dan mendokumentasikan kekejaman dan berbagi informasi dengan institusi yang bekerja untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab,” tuturnya.

Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari setelah kebuntuan selama berbulan-bulan yang membuat Moskow mengumpulkan pasukan di dekat perbatasan Ukraina karena menuntut diakhirinya ekspansi NATO ke bekas republik Soviet.

AS dan sekutunya dengan cepat menjatuhkan sanksi besar-besaran terhadap ekonomi Rusia serta hukuman finansial terhadap Putin dan elit di lingkaran dalamnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Semua Pihak Perlu Bersinergi Wujudkan Pilkada Damai

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Pilkada tidak hanya sekadar agenda politik,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini