MATA INDONESIA, PARIS – Sosok Eric Zemmour kerap disejajarkan dengan mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Zemmour juga dipercaya sebagai orang yang akan menguncang Prancis. Lantas siapakah sebenarnya Eric Zemmour?
Jajak pendapat menunjukkan bahwa pria berusia 63 tahun itu adalah seorang pembela rezim Vichy yang berkolaborasi dengan Nazi Jerman selama Perang Dingin II. Zemmour juga merupakan perwakilan baru sayap kanan ekstrem Prancis, posisi yang selalu ekslusif bagi politisi seperti Marine Le Pen.
Pria yang akan berhadapan dengan Emmanuel Macron pada putaran kedua pemilihan Presiden Prancis, April tahun depan itu pernah dihukum dua kali lantaran menyebarkan kebencian rasial.
Zemmour merupakan putra imigran Yahudi Aljazair yang melarikan diri ke Prancis selama perang kemerdekaan Aljazair. Ia memang belum secara resmi mengumumkan pencalonannya dalam pemilihan presiden tahun depan, namun ia sudah mengguncang.
“Profilnya, strateginya, dan opini publiknya mengingatkan pada pemilihan Donald Trump di Amerika Serikat pada 2016,” menurut jurnalis Bernard Gorce dari La Croix, sebuah surat kabar harian Katolik.
Namun, Zemmour menjadi sorotan menyusul pernyataan tajamnya terhadap para imigran Muslim. “Orang-orang muda dengan latar belakang imigran…semuanya adalah pencuri, mereka semua adalah pembunuh, mereka semua adalah pemerkosa,” kata Zemmour di acara CNews pada September.
“Kami terjebak antara demografi Islam yang meriah dan wacana dekonstruktif atas nama kesetaraan laki-laki dan perempuan, atas nama kebebasan homoseksual,” katanya bulan lalu di sebuah pertemuan populis di Hongaria.
Alasan lain mengapa Zemmour dijuluki media Barat sebagai “Donald Trump” nya Prancis karena pandangannya yang ultra-nasionalis, anti-migran, dan menargetkan kelompok minoritas seperti lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).