Ambyarrr! Rupiah Balik Melemah di Akhir Perdagangan Awal Pekan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS malah ditutup melemah di akhir perdagangan Senin 16 Desember 2019. Mengutip RTI Bussines, rupiah ditutup di posisi Rp 14.005 atau melemah 0,14 persen.

Direktur PTGaruda Berjangka Ibrahim mengatakan, pelemahan rupiah dibayangi oleh sejumlah sentimen dari luar negeri di antaranya sebagai berikut.

Pertama, soal perjanjian dagang antara AS dan Cina yang masih ‘abu-abu’. Di satu sisi pihak AS lewat Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizers mengatakan, perjanjian perdagangan fase satu “sepenuhnya dilakukan.”

“Di bawah kesepakatan itu, Presiden AS Donald Trump berjanji untuk tidak mengejar putaran tarif baru yang ditetapkan untuk hari Minggu. Sebagai imbalannya, Beijing mengatakan akan secara substansial meningkatkan pembelian pertanian, meskipun tidak menentukan berapa banyak,” kata Ibrahim sore ini.

Secara terpisah, Trump malah mengatakan, bahwa pembicaraan perdagangan “tahap dua” akan segera dimulai. Padahal kata Lighthizer, tidak ada jadwal untuk fase pembicaraan berikutnya. Sementara, Beijing menegaskan negosiasi perdagangan tahap dua tersebut akan tergantung pada penerapan fase pertama terlebih dahulu.

Kedua, soal sikap investor yang mengamati komentar dari beberapa pejabat Bank Sentral AS (The Fed) dalam beberapa hari mendatang, setelah Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga stabil pekan lalu.

“Presiden The Fed Dallas Robert Kaplan, Presiden The Fed New York John Williams dan Eric Rosengren dari Boston The Fed akan berbicara pada hari Selasa ini. Sementara Presiden Fed Chicago Charles Evans dijadwalkan untuk berbicara sehari kemudian. Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pandangan bank tentang ekonomi tetap menguntungkan,” ujar Ibrahim.

Ketiga, soal Brexit. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang memenangkan kemenangan pemilihan umum pekan lalu, membuka peluang untuk mengakhiri tiga tahun kebuntuan atas Brexit.

“Pemerintah Johnson diperkirakan akan membawa RUU Penarikan Perjanjian kembali ke parlemen sebelum Natal, untuk memungkinkan Inggris keluar dari Uni Eropa pada 31 Januari 2020 nanti,” kata Ibrahim.

Sementara dari dalam negeri, laju rupiah dipengaruhi oleh Neraca Dagang RI pada November 2019 mengalami defisit sebesar 1,33 miliar dolar AS. Di mana defisit November ini didorong meningkatnya impor migas serta impor utama yang bekaitan dengan kegiatan akhir tahun.

“Namun angka defisit pada 2019 ini dinilai mengalami penurunan dibanding dengan tahun 2018 yang mencapai 8,5 miliar dolar AS. Sementara pada 2019 ini defisit dari Januari hingga November baru mencapai 3 miliar dolar AS,” ujar Ibrahim.
Kedua, dengan membaiknya data global, Pemerintah dan Bank Indonesia terus melakukan konsolidasi guna mengantisifasi gejolak global susulan yang kemungkinan masih akan terjadi di 2020.

“strateginya dengan menerapkan bauran yang sudah diterapkan dan ditambah lagi reformasi secara menyeluruh baik di birokrasi, keuangan maupun yang lainnya akan memantik arus modal asing kembali masuk ke pasar dalam negeri,” kata Ibrahim.

Berita Terbaru

Usai Pilkada Berjalan Demokratis, Masyarakat Harus Jaga Persatuan

JAKARTA - Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2024 telah dilaksanakan, pelaksanaan demokrasi tersebut berjalan dengan aman, lancar, dan demokratis sesuai...
- Advertisement -

Baca berita yang ini