MINEWS.ID, JAKARTA – Sejak 2016 banyak pemberitaan yang mengisahkan warga negara Indonesia bergabung dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau Islamic State of Iraq and The Levant (ISIL). Ketika kawasan itu makin kacau setelah pucuk pimpinan mereka Abu Bakr Al-Baghdadi tewas bunuh diri, kemarin, sangat sulit melacak seribuan orang Indonesia yang bermukim di wilayah konflik tersebut.
Tidak ada data yang jelas karena kondisi di kawasan tersebut juga sangat kacau. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia melalui juru bicaranya Arrmanatha Nasir mencoba mengaku kesulitan karena saat meninggalkan Indonesia tidak mengatakan akan pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.
Dia hanya memiliki data, rata-rata mereka meninggalkan Indonesia pada 2016. Maka yang bisa dilakukan Kementerian Luar Negeri adalah meminta mereka melapor diri.
Menurut data BNPT dari tahun 2017, setidaknya ada 1.321 warga Indonesia yang telah bergabung dengan ISIS atau mencoba masuk ke kelompok teror itu.
Angka itu termasuk hampir 600 warga negara Indonesia yang pergi ke Suriah dan Irak. Dari jumlah tadi, 84 telah terbunuh, 482 orang dideportasi saat berusaha masuk ke Suriah, dan 62 orang telah kembali dari Suriah. Sekitar 63 lainnya dihentikan di bandara Indonesia saat mencoba terbang ke Timur Tengah.
Sementara di dalam negeri banyak penolakan terhadap mereka yang sudah bergabung dengan kelompok tersebut karena beberapa simpatisannya telah melakukan beberapa aksi teror di beberapa kota Indonesia.
Salah satunya adalah pengeboman tiga gereja di Surabaya dan Sidoarjo Jawa Timur pada 13 dan 14 Mei 2018. Pelakunya adalah sebuah keluarga yang diduga sudah meyakini ajaran dari ISIS.
Ideologi ISIS di Indonesia diperkirakan hingga Bima (Nusa Tenggara Barat), Bengkulu, Sulawesi, Bekasi (Jawa Barat), Ciputat (Tangerang Selatan) dan Solo (Jawa Tengah).
Pergerakan ISIS di Indonesia sudah berhasil melancarkan aksinya dengan melakukan pengeboman di 3 gereja daerah Surabaya dan Sidoarjo Jawa Timur pada 13 sampai 14 Mei 2018. Di tempat lain ialah Rumah Susun Wonocolo di Taman Sidorjo dan Markas Polrestabes Surabaya serta pada tahun 2017 meluncurkan dua bom di Kampung Melayu.
Mereka yang bergabung dengan ISIS beralasan bahwa akan mendapatkan hidup dibawah syariat islam bila pergi ke Suriah dan ingin bertemu Imam Mahdi.
Melalui propaganda-propogandanya yang mengatasnamakan untuk mendirikan negara islam. Secara halus mendorong simpatisannya untuk melakukan penyerangan terhadap yang mereka (ISIS) anggap sebagai musuh-musuh islam. (Yuri Giantini)