Aksi Klitih Semakin Meresahkan Masyarakat Yogya

Baca Juga

MATA INDONESIA, YOGYAKARTA –  Aksi klitih di Yogyakarta semakin mengkhawatirkan dan meresahkan masyarakat. Aksi klitih pun mendapat sorotan tajam dari berbagai masyarakat di luar daerah Yogya. Ada ketakutan bahwa di Kota Yogya di atas pukul 22.00 malam sudah tidak lagi aman.

Sebelumnya seorang remaja bernama Daffa Adzin Albasith meninggal dunia setelah dihantam menggunakan gir oleh pelaku klitih. Korban ini merupakan siswa kelas XI IPS 3 SMA Muhammadiyah 2 Kota Yogja. Korban tadinya akan membeli makan untuk sahur. Kemudian ia dibuntuti oleh sekelompok pelaku klitih yang kemudian mengantamkan gir kepala belakang korban.

Ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) DIY Sari Murti Widiyastuti mengatakan Klitih ini sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja yang menjurus tindak kriminal. Bahkan beberapa kasus sampai berujung kehilangan nyawa untuk korbannya.

Sari mengatakan, penanganan kenakalan remaja semestinya bisa  memetakan terlebih dahulu jenisnya. Mengingat wujud penanganannya pun berbeda-beda tiap kategorinya.

Pada sejumlah kasus, pelaku klitih menyerang korban dengan beragam senjata tajam. Dan biasanya terjadi pada larut malam atau dini hari.

”Kalau itu sudah masuk ranahnya SPPA (Sistem Peradilan Pidana Anak), yang sudah lanjut ke hukum ya itu lanjut ke hukum. Nggak bisa kemudian ide baru ini masuk ke situ,” ujarnya kepada Mata Indonesia News, Rabu, 6 April 2022.

Sari Murti melanjutkan, kasus klitih banyak terjadi di malam hari. Sebenarnya menurut Sari Murti, pengawasan ketat dari keluarga akan sangat memperkecil kemungkinan terjadinya aksi tawuran dan kekerasan.

Fungsi perlindungan keluarga terhadap anak remaja sekarang ini menurut Sari sudah melemah. Kalau dulu anak mendapat masalah maka orang tua yang turun tangan, tapi sekarang malah kelompok atau kawan-kawannya.  ”Itu menandakan fungsi keluarga melemah,” katanya.

Praktisi Psikolog Pendidikan Galuh Setia Winahyu, menyoroti kurangnya integrasi antar lembaga terkait khususnya peran keluarga itu sendiri. Upaya kepolisian hingga pemerintah daerah akan sia-sia jika tidak ada dukungan dan peran keluarga itu sendiri.

“Sebetulnya kalau pemerintah daerah maupun aparat keamanan sudah enggak kurang di dalam menangani klitih ini. Tetapi tidak ada integrasi, tidak ada kerja sama antar lembaga yang lain terutama lembaga keluarga,” kata Galuh.

Maraknya kasus kenakalan remaja terjadi akibat kurangnya perhatian orangtua kepada anak-anak. Pasalnya, anak-anak yang melakukan klitih kerap keluyuran pada malam hari dan identik dengan perilaku negatif.

“Ada lost control,  baik orangtua dan lingkungan kita,” tuturnya.

“Dengan persoalan yang semakin kompleks, memang perlu keterlibatan seluruh elemen masyarakat dalam mengatasi masalah klitih,” ujarnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Bersinergi Menjaga Netralitas Pemilu Demi Pilkada yang Berkualitas

Jakarta - Netralitas aparatur sipil negara (ASN) menjadi perhatian utama dalam menjaga kualitas Pilkada Serentak 2024. Badan Pengawas Pemilu...
- Advertisement -

Baca berita yang ini