AESI Dorong Pembangunan PLTS di Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Penguatan ekosistem pembangkit listrik tenaga surya di dalam negeri terus didorong oleh Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI). Hal itu bertujuan agar menumbuhkan industri modul surya hingga menciptakan pasar bagi energi ramah lingkungan.

“Kami mendorong penguatan ekosistem PLTS di Indonesia mulai dari industri, pasar, pelaku, dan standarnya,” kata Ketua Umum AESI Fabby Tumiwa di Jakarta, Selasa 1 Juni 2021.

Saat ini kata dia, 80 persen kebutuhan modul surya di dalam negeri berasal dari impor. Permintaan masyarakat yang cenderung kecil membuat industri modul surya lokal belum terbentuk, sehingga kebutuhan modul surya masih harus dipasok dari Cina.

Menurutnya, komitmen negara-negara di seluruh dunia yang terus berupaya menekan emisi gas rumah kaca akan menciptakan ledakan permintaan untuk membangun PLTS yang bisa meningkatkan gairah industri modul surya.

Berdasarkan laporan Agensi Energi Internasional (IEA), pembangunan PLTS yang saat ini ratarata 160-180 gigawatt per tahun harus naik menjadi 650 gigawatt per tahun bila dunia mau mengarah ke net zero emission.

Bahkan Cina dikabarkan akan membangun 140 gigawatt energi terbarukan dengan komposisi 80 gigawatt terletak pada listrik matahari pada tahun ini.

AESI melihat sel surya dan modul surya bakal menjadi komoditas dengan nilai tinggi di masa depan, sehingga berdampak terhadap persoalan keamanan energi jika Indonesia terus bergantung kepada produk impor.

“Kami mendorong agar industri PLTS dalam negeri yang terintegrasi dari hulu ke hilir bisa dibangun di Indonesia untuk mengamankan kebutuhan 10 gigawatt per tahun sampai dengan 2030,” kata Fabby

Industri-industri PLTS di dalam negeri saat ini, kata dia hanya sebatas merakit modul surya menjadi panel surya yang menyebabkan harga PLTS cenderung lebih mahal karena mayoritas kebutuhan produknya masih disuplai dari luar negeri.

Indonesia dituntut harus bisa membangun industri sel surya agar bisa mengurangi ketergantungan bahan baku modul hingga ke hulu. Tak hanya itu, kaca rendah iron hingga inverter juga bisa dibuat oleh industri lokal karena bahan bakunya tersedia di dalam negeri.

“Inverter itu mempengaruhi 30-40 persen harga bagi pelanggan rumah tangga karena kita masih impor inverter dari Cina, Australia, Korea, India. Industri ini harus dibangun karena punya pasar yang besar,” katanya.

Dalam lima tahun ke depan, AESI menargetkan dapat membentuk 1.000 solar prenuer atau pengusaha PLTS agar dapat melayani calon konsumen di seluruh Indonesia terkait penyediaan kebutuhan energi terbarukan nasional.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kondusifitas Kamtibmas Pilkada Papua 2024 Terjamin, Aparat Keamanan Mantapkan Kesiapan

PAPUA — Kondusifitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Papua 2024 terjamin, seluruh jajaran...
- Advertisement -

Baca berita yang ini