MATA INDONESIA, JAKARTA-Komoditas sawit saat ini dianggap bisa menjadi andalan RI ke depan menghadapi pandemi covid-19. Hal itu diikuti dengan pangsa ekspor sawit RI bakal meningkat ke depannya.
Deputi V Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan salah satu faktor penunjang kekuatan industri sawit itu bertumpu pada sektor manufaktur. Makanya pemerintah terus mendorong hilirisasi produk secara masif.
Investasi dan hilirisasi merupakan strategi pemerintah menggenjot produksi sawit nasional. Menurut Musdalifah, salah satu program prioritas yakni pemanfaatan sawit sebagai energi baru terbarukan melalui mandat penggunaan B100.
“Kita sudah riset supaya demand tidak tergantung dengan demand luar karena produksi kita akan terus bertumbuh. Kita juga melakukan replanting rencananya dari produktivitasnya diharapkan bisa bertumbuh hingga tiga kali lipat dari sebelumnya,” kata dia.
Direktur jenderal Ketahanan Perwilayahan dan Akses Industri Internasional, Kementerian Perindustrian, Eko S.A Cahyanto juga optimis sawit dapat menangkal pandemi. Sekaligus menjadi komoditas andalan ke depan.
Optimisme disokong kemenangan RI terhadap tarif masuk komoditas sawit ke Eropa.Dari skema perjanjian dagang IE-CEPA dinilai berpeluang meningkatkan akses pasar bagi produk industri Indonesia termasuk sawit dan turunannya ke Eropa.
“Indonesia memiliki potensi besar mengisi kebutuhan produk industri di Eropa, yang selama ini sebagian besar pemenuhan kebutuhan produk sawit berasal dari Pantai Gading, Solomon dan Malaysia,” katanya.
Makanya ekspor produk sawit bakal terus didorong khususnya ke pasar Swiss. Adapun produk hilir sawit yang masuk pasar Eropa termasuk Swis antara lain lemak padatan pangan (confectionery), personal wash (sabun, fatty acid, fatty alcohol, glycerin), hingga Biodiesel FAME.