MATA INDONESIA, MALANG – Beberapa hari yang lalu media sosial ramai dengan kasus perundungan atau pem-bullyan kepada siswa SMP di Malang. Siswa itu mengalami luka parah pada bagian jari tengahnya dan disebut-sebut nyaris diamputasi.
Video yang berdurasi singkat yang beredar di media sosial memperlihatkan siswa tersebut mengalami kesakitan yang luar biasa. Namun, menurut kabar yang beredar, kejadian itu hanyalah gurauan saja.
Lalu bagaimanakah fakta sebenarnya? Berikut infonya:
1. Hanya gurauan
Setelah melakukan konfirmasi kepada pihak sekolah, Kepala Sekolah SMPN 16 Kota Malang Syamsul Arifin menyatakan bahwa insiden yang menimpa MS (13) hanyalah gurauan saja dengan teman-temannya.
“Secara kronologis, patut diduga ada kekerasan di SMPN 16, tetapi kami masih belum tuntas daam menyelesaikan itu karena masih berproses. Tetapi kekerasan itu secara pribadi kami punya keyakinan, itu bukan kesengajaan teapi bergurau sesusia anak,” kata Syamsul.
2. Jari tengahnya terluka parah
Diduga akibat perundungan itu jari tengah MS terluka dan lebam sehingga harus dirawat di rumah sakit. Dari unggahan video yang beredar di media sosial MS menahan rasa sakit karena luka di jarinya.
Mendengar kabar viral tersebut, Kapolresta Kota Malang Kombes Pol Leornadus Simarmata, lansung menemui MS dan keluarganya di rumah sakit.
Ternyata setelah diselidiki, jari tengah yang terluka parah bukan seutuhnya akibat perundungan, melainkan karena tertindih tubuhnya sendiri dan semakin parah setelah terinjak kaki temannya.
3. Nyaris diamputasi
Setelah melakukan perawatan, dokter menyarankan untuk mengamputasi jari tengahnya yang mengalami luka yang cukup parah. Namun sesudah diperiksa, tidak hanya jarinya saja yang luka, dokter juga menemukan sekujur tubuh MS dipenuhi dengan luka.
4. Ada 7 orang melakukan perundungan
Dalam kasus MS diketahui ada 7 orang yang menjadi pelaku perundungan, tetapi ketujuh orang tersebut tidak memiliki catatan buruk di sekolah, justru dikenal aktif dibeberapa organisasi sekolah.
“Kebetulan yang melakukan itu anak-anak yang tidak punya record kenakalan yang sangat keras. Mereka itu anak Badan Dakwah Islam dan Pramuka, sedangkan anak yang menjadi korban itu memang anak diam sekali, anak pinter sekali,” ujar Syamsul.
Viralnya berita tersebut, akhirnya pihak sekolah langsung memanggil ketujuh anak itu untuk dimintai keterangan.
“Anak-anak memang mengakui melakukan, tapi anak-anak (bingung) dan saling melihat, kok bisa separah itu. Bisa jadi itu sebuah pembelaan,” katanya.
5. Donasi untuk MS
Pihak sekolah mengadakan kumpul dengan para orang tua pelaku, ketujuh pelaku, orang tua korban, komite sekolah dan stakeholder untuk melakukan mediasi. Akhirnya para orang tua anak yang melakukan perundungan siap bertanggung jawab khususnya dalam pengobatan MS.
Dana yang terkumpul mencapai Rp 4,2 juta, dengan rincian Rp 1,4 juta dari orang tua pelaku perundungan, Rp 750 ribu dana sosial sekolah, Rp 2 juta dari guru dan tenaga kependidikan. (Anita Rahim)