31 Orang Meninggal Usai Serangan Balasan Arab Saudi ke Yaman

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-31 orang warga sipil dilaporkan meninggal dunia usai koalisi militer Arab Saudi melancarkan serangan balasan ke Yaman. Serangan udara ini dilakukan karena sebelumnya Yaman telah menembak jatuh pesawat jet Riyadh.

Tentara pemberontak Huthi yang disokong Iran mengaku menjadi dalang jatuhnya pesawat Saudi itu. Pesawat jet Tornado ditembak jatuh pada Jumat 14 Februari 2020 di utara provinsi Al-Jawf. Jet itu ditembak dalam operasi militer yang mendukung pemerintahan Yaman.

“Berdasarkan laporan awall sebanyak 31 warga sipil tewas pada 15 Februari dan 12 lainnya terluka dalam serangan yang menghantam wilayah Al-Hayjah di bawah kekuasaan gubernur Al-Jawf,” tulis keterangan kantor PBB yang menjadi koordinator dan badan kemanusiaan untuk Yaman, seperti dikutip AFP.

Tindak kekerasan mematikan itu menyusul meningkatnya pertempuran di Yaman Utara antara pihak-pihak yang bertikai. Pertempuran ini telah memperburuk krisis kemanusiaan negara yang dilanda perang itu.

Koordinator kemanusiaan PBB untuk Yaman Lise Grande mengecam “serangan mengerikan” tersebut. Mereka mengatakan wanita dan anak-anak termasuk di antara warga sipil yang tewas dan terluka.

“Begitu banyak orang terbunuh di Yaman, ini adalah sebuah tragedi dan tidak dapat dibenarkan,” katanya. “Di bawah hukum humaniter internasional, pihak-pihak yang menggunakan kekerasan diwajibkan untuk melindungi warga sipil.”

Sebelumnya, pemberontak Huthi merilis rekaman ketika mereka menabrak jet di langit malam. Jet yang itu pun lantas menjadi bola api besar dan jatuh ke Bumi.

Gerilyawan melaporkan beberapa serangan udara dari para koalisi telah dilakukan pada Sabtu. Serangan dilakukan di daerah yang dikuasai Huthi di mana pesawat itu jatuh.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini