MATA INDONESIA, JAKARTA-20 orang dilaporkan meninggal dan 189 lainnya mengalami luka-luka dengan 60 korban luka tembak dalam bentrokan antara umat Hindu dan umat Muslim di timur Ibu Kota New Delhi, India, Selasa 25 Februari 2020.
Bentrokan itu bermula dari demonstrasi kecil menentang Undang-Undang Kewarganegaraan. UU kontroversial itu mengizinkan India memberi status kewarganegaraan terhadap imigran yang menerima persekusi di negara asalnya seperti Bangladesh, Pakistan, dan Afghanistan.
Namun, UU itu hanya berlaku bagi imigran pemeluk agama Hindu, Kristen, dan agama minoritas lainnya selain Muslim.
Unjuk rasa itu meluas dan menjadi rusuh setelah umat Hindu dan umat Muslim saling melempar batu. Bahkan, beberapa orang yang terlibat dalam kerusuhan dilaporkan membawa pedang dan senjata lainnya.
Media lokal melaporkan aparat kepolisian sampai menembakkan gas air mata untuk membubarkan para perusuh.
“Sekarang saya dapat mengonfirmasi 13 kematian. Setidaknya 150 orang telah dibawa ke rumah sakit ini dengan luka dan cedera lainnya,” kata pejabat Rumah Sakit Guru Teg Bahadur, Rajesh Kalra, kepada AFP pada Selasa malam.
Rajesh memaparkan belasan orang dari ratusan yang terlibat bentrokan berada dalam kondisi kritis. Ia bahkan mengatakan bahwa beberapa orang mengalami luka tembak.
Seorang polisi senior, Alok Kumar, menuturkan para pedemo bahkan tak segan menyerang aparat. Stasiun televisi India, PTI, melaporkan satu petugas terluka dan lima truk pemadam juga ikut rusak akibat bentrokan itu.
Media penyiaran NDTV juga menuturkan tiga wartawan dan seorang juru kamera ikut diserang massa dalam kerusuhan itu.
“Nyaris tidak ada kehadiran aparat kepolisian di daerah itu. Para perusuh berlarian mengancam orang-orang dan merusak toko-toko,” kata seorang saksi mata di distrik Maujpur. (Anis Fairuz)