MATA INDONESIA, JAKARTA – Hampir 60 tahun yang lalu, Angkatan Laut AS meluncurkan Vanguard 1 sebagai respons terhadap satelit Sputnik buatan Uni Soviet. Sampai hari ini, Vanguard 1 masih mengitari planet Bumi.
Dibuat oleh Laboratorium Riset Kelautan AS (NRL) pada 1955, Vanguard dijadikan sebagai satelit pertama Amerika. Sistem Vanguard terdiri dari roket tiga tingkat yang dirancang untuk meluncurkan pesawat antariksa untuk keperluan penelitian.
Program ini menjadi bagian dari kontribusi AS pada 1957-58 International Geophysical Year, kolaborasi penelitian ilmiah yang melibatkan 67 negara. “Ini bukanlah perlombaan angkasa (space race),” kata pakar sejarah NRL Angelina Callahan.
Menurutnya, Amerika Serikat selalu terang-terangan dalam hal peluncuran dan tujuan satelit, namun Soviet lebih sembunyi-sembunyi. Jadi, ketika Uni Soviet meluncurkan Sputnik pada 4 Oktober 1957, dunia terkejut.
“Ada ketakutan sangat besar yang ditimbulkan oleh Sputnik,” kata Tom Lassman, kurator roket Perang Dingin di Museum Nasional Dirgantara di Washington DC. Versi “cadangan” satelit Vanguard-1 yang identik dengan aslinya dipamerkan di cabang institusi tersebut, Udvar-Hazy Center.
“Sputnik membuat para petinggi militer menyadari bahwa Uni Soviet dapat menghantam kita dengan rudal,” lanjut Lassman. Beberapa pekan kemudian, Gedung Putih yang dipimpin Presiden Eisenhower menekan Angkatan Laut untuk meluncurkan satelit AS sesegera mungkin.
Pada 6 Desember 1957, acara yang awalnya direncanakan sebagai uji Wahana Percobaan Vanguard 3 (TV3) diubah menjadi acara publik besar-besaran. Sementara Soviet baru mengumumkan Sputnik setelah satelit tersebut berhasil mencapai orbit.
Pada pukul 11:44, roket Vanguard akhirnya lepas landas setelah beberapa kali ditunda. Beberapa detik kemudian, seseorang di ruang kontrol berteriak: “Awas! Ya Tuhan, tidak!” ketika roket tersebut naik sekitar satu meter ke udara dan jatuh ke darat dalam keadaan terbakar. Hidung roket terlepas – satelit Vanguard masih berkelip-kelip.
Surat kabar New York Times menyebut ledakan itu sebagai “pukulan bagi martabat AS”. Senator Lyndon Johnson menyebutnya “memalukan”. Beberapa surat kabar lainnya menjuluki satelit AS itu “flopnik”, “kaputnik”, atau “stayputnik”.
Bagi tim NRL, pemberitaan itu tidaklah adil. “Ada banyak kegagalan dalam riset dan proses pengembangan yang sukses,” kata Callahan. Bagi Callahan, dengan belajar dari kegagalan ini, mereka dapat mengembangkan sistem yang sangat bagus.
Seorang pionir roket yang juga mantan ilmuwan Nazi, Wernher von Braun, yang sejak lama berniat meluncurkan sesuatu -ke orbit, memanfaatkan kesempatan tersebut. Dengan dukungan Tentara AS, ia mengembangkan roket “Jupiter” yang merupakan evolusi dari rudal balistik V2 rancangannya.
Pada 31 Januari 1958, salah satu roket “Jupiter” karya von Braun mengangkut Explorer 1, satelit yang didesain dan dibangun oleh Laboratorium Penggerak Jet di Pasadena, California. Hanya dalam waktu tiga bulan, satelit tersebut sampai di orbit. Satelit pertama Amerika tersebut dilengkapi detektor sinar kosmik untuk mengukur radiasi antariksa.
Didesain oleh James Van Allen dari Universitas Iowa, Explorer 1 mengungkap keberadaan partikel bermuatan listrik yang terperangkap medan magnetik bumi. Partikel-partikel tersebut kini dikenal dengan nama Sabuk Radiasi Van Allen.
Akhirnya, pada 17 Maret 1958, tiba giliran Angkatan Laut.
Di bawah langit yang cerah, roket Vanguard NRL membawa Vanguard 1 ke orbit. Wahana antariksa berukuran mini itu mengirimkan sinyal radio pertamanya. Bahkan, karena Vanguard 1 merupakan satelit pertama yang ditenagai sel surya, ia masih mengirimkan data sampai 1965. Sedangkan Explorer 1 hanya bertahan beberapa bulan.
Meski bukan merupakan satelit pertama, tetap saja Vanguard-1 merupakan pencapaian luar biasa. Satelit tersebut tak hanya membuktikan teknologi sistem peluncur baru, jaringan stasiun komunikasi, dan sel surya, tapi juga menunjukkan tonjolan di sepanjang garis khatulistiwa.
Dilengkapi dengan instrumen untuk mengukur kepadatan atmosfer, Vanguard-1 ialah satelit pertama yang mengukur atmosfer terluar Bumi yang sangat tipis dan memperkirakan jumlah mikrometeorit di sekeliling planet . Informasi tersebut merupakan informasi penting bagi pesawat antariksa masa depan. Sebagai proyek yang didanai militer, informasi tersebut juga digunakan untuk meningkatkan akurasi lintasan Rudal Balistik Antar Benua (ICBM).
Vanguard 1 tak hanya masih bertahan di orbit, warisannya tetap hidup. Sistem roketnya menjadi dasar wahana peluncuran Delta, salah satu roket peluncur terbaik di dunia. Pemantauan jangka panjang satelit tersebut terus membantu para ilmuwan memahami pengaruh atmosfer Bumi terhadap satelit dan bagaimana orbit meluruh seiring waktu.
“NRL membuat laporan rahasia tentang satelit yang dibutuhkan Angkatan Laut AS dalam beberapa dekade ke depan,” kata Callahan. Laporan tersebut meliputi satelit cuaca, navigasi, komunikasi, dan pengintaian; kemudian laporan itu diakhiri dengan informasi yang dibutuhkan untuk membuat sistem tersebut berjalan dengan baik.
Enam puluh tahun kemudian, sains dan prediksi tersebut telah menjadi kenyataan. Satelit yang membantu mewujudkannya, dan orang-orang di baliknya, layak untuk diingat.