Upaya Israel Meruntuhkan Masjidil Aqsa

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Walau Yerusalem sudah menjadi ibu kota Israel, tapi Masjidil Aqsa masih diperebutkan hingga sekarang. Terutama kelompok ekstrem Yahudi meminta mengambil kekuasaan sepenuhnya ke Israel karena mereka percaya kuil bait suci ketiga akan dibangun kembali di tempat itu.

Masjidil Aqsa diyakini umat Islam sebagai tempat Nabi Muhammad SAW terbang ke Sidratul Muntaha dalam peristiwa Isra Mi’raj setelah sebelumnya dibawa dari Masjidil Haram di Mekkah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat utama yang pertama bagi umat Islam yang kini dialihkan ke Kabah di Masjidil Haram.

Sedangkan untuk umat Yahudi, tempat di sekitar Masjidil Aqsa dipercaya menjadi tempat berdirinya Bait Suci masa lalu. Bait suci pertama dibangun oleh Sulaiman (Salomo) putra Daud pada tahun 957 SM yang kemudian dihancurkan bangsa Babilonia pada 583 SM. Umat Yahudi dan Kristen juga meyakini peristiwa Ibrahim (Abraham) yang hendak menyembelih putranya, Ishak, juga dilakukan di tempat ini. Masjidil Aqsa memiliki kaitan erat dengan para nabi dan tokoh Bani Israel yang disucikan dan dihormati oleh ketiga agama.

Menurut kepercayaan umat Yahudi, kuil ketiga akan dibangun oleh Messiah yang mereka tunggu kedatangannya. Sang messiah juga akan mengambil Israel seperti di masa keemasan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, mengembalikan orang Yahudi ke Israel dan memimpin dunia dari Yerusalem.

Messiah yang mereka tunggu bukan Nabi Isa al-Masih yang dinantikan umat Islam dan Kristen, melainkan Messiah yang lain.

Di Israel, gerakan untuk membangun kuil ketiga sudah tersebar luas di berbagai lembaga, salah satunya The Temple Institute atau Machon HaMikdash. Organisasi ini didirikan dan dipimpin oleh Rabi Yisrael Israel dengan berani memublikasikan tujuan mereka yang ingin menghancurkan Masjidil Aqsa dan Dome of the Rock yang akan diganti dengan kuil ketiga.

Mereka telah mempromosikan gagasan dan model kuil ketiga dalam berbagai kegiatan. Logo organisasi ini adalah desain kuil ketiga dengan slogan build we must. Dalam Perjanjian Lama dan Talmud telah tertulis kuil tersebut akan dibangun oleh Messiah dan The Temple tidak sabar untuk ikut campur.

Pembangunan kuil ketiga tersebut merupakan sebuah rencana yang terkenal di kalangan Yahudi sayap kanan, dan dianggap sebagai agenda politik mainstream Israel. Namun, pemerintah Israel masih melarang pembicaraan terbuka itu karena sejumlah kalangan

Israel beranggapan ketika diperbolehkan, umat Islam seluruh dunia akan melakukan perang jika rencana itu benar-benar direalisasikan.

Saat ini Masjidil Aqsa dipegang Yayasan Wakaf, lembaga keagamaan di bawah pemerintah Yordania dan Palestina. Walau begitu, rencana pengambilalihan ini keluar dari mulut pejabat Israel, di antaranya Menteri Konstruksi dan Perumahan Israel, Uri Ariel, yang ingin segera membangun  kuil ketiga.

Pada Juli 2013 lalu, surat kabar harian tertua di Israel, Haaretz, memunculkan berita polling dari The Temple Institute. Sebanyak 30 persen Yahudi-Kristen menyetujui untuk pembangunan kuil ketiga, 25 persen mengaku tidak begitu yakin, dan sebanyak 45 persen menolak. Namun, khusus untuk kalangan religius Yahudi jumlahnya sangat tinggi, yaitu sekitar 43 persen menyetujui rencana tersebut.

Penolakan pembangunan kuil ini juga dikeluarkan dari kelompok Yahudi-Kristen menolak pembuatan kuil ketiga karena akan menyebabkan perang besar di mana biayanya lebih besar daripada membangun sebuah kuil.

Walaupun, pemerintah Israel tidak mau membuka dialog soal ini, dan sampai melarang pejabat untuk mengunjungi Masjidil Aqsa dengan alasan akan menimbulkan provokasi, tapi mereka melakukannya dengan cara lain. Mereka terus menggali sekitar kompleks masjid Al Aqsa.

Penggalian itu dilakukannya dengan dalih untuk kepentingan arkeologis di sekitar Masjid Al Aqsa yang sudah berlangsung lama.

Bahkan sejak 1870 wilayah tersebut masih berada di bawah kekuasaan Turki Ottoman, para insinyur dari kerajaan Inggris terus melakukan penggalian. Sejak Yerusalem Timur direbut Israel, mereka semakin intensif melakukan penggalian.

Penggalian ini sudah dilakukan sejak 1967 dibawah Kementerian Urusan Agama Israel. Pada 1968 Israel sudah melakukan panggalian di selatan Masjid Al Aqsa dan dilanjutkan di sebelah barat pada 1970. Di bawahnya, dibuat sejumlah terowongan.

Penggalian tersebut sering kali menggunakan alat berat yang menyebabkan keretakan struktur bangunan suci di atasnya. Pembangunan terowongan tersebut dikecam karena akan merusak fondasi bangunan di atasnya, termasuk Masjidil Aqsa yang beberapa kali sudah runtuh.

Penggalian tersebut dicurigai upaya yang terencana secara sistematis dalam menghancurkan Masjid Al-Aqsa yang nanti akan diganti kuil ketiga. Penggalian ini sudah banyak menuai protes, bukan hanya dari umat Islam, tapi dari berbagai kalangan termasuk PBB. Namun, tidak ada yang bisa menghentikan mereka.

Pada Januari 2014, tim arkeologi Israel kembali melakukan penggalian di sekitar terowongan antara Masjidil Aqsa dan Silwan. Pihak Yayasan Masjid Al-Aqsa mengatakan penggalian tersebut merupakan proyek Israel untuk membangun Biblical Park, di area Kota Daud. Taman tersebut luasnya 2.2000 meter persegi yang akan menyambung dengan beberapa terowongan di bawah Masjid Al-Aqsa.

Yayasan Wakaf Al-Aqsa mengatakan, penggalian-penggalian ini tidak terjadi pada suatu lantai saja, tapi berlantai-lantai ke bawah dan dari semua arah, terutama di bagian timur Masjid Al-Aqsa. Kedalaman di setiap lantai berbeda-beda, namun diperkirakan lebih dari dua meter. Penggalian ini panjangnya sekitar 600 meter dari barat Masjid Al-Aqsa.

Beberapa terowongan yang dibangun pernah runtuh yang menyebabkan harus dibuka dari atas. Akibatnya rumah-rumah orang Palestina, jalanan, dan masjid lokal terkena imbasnya. Warga Palestina cemas jika Israel terus melakukan penggalian suatu saat akan terjadi goncangan atau gempa bumi, Masjidil Aqsa akan runtuh.

Reporter: Laita Nur Azahra

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tindakan OPM Semakin Keji, Negara Tegaskan Tidak Akan Kalah Lawan Pemberontak

Organisasi Papua Merdeka (OPM) banyak melancarkan aksi kekejaman yang semakin keji. Maka dari itu, negara harus tegas untuk tidak...
- Advertisement -

Baca berita yang ini