MATA INDONESIA, JAKARTA – 64 tahun lalu, tepatnya pada 6 Februari 1958, sebuah insiden tidak terlupakan menimpa Manchester United. Insiden memilukan sekaligus terkelam dalam sejarah klub.
Saat itu, pesawat milik maskapai penerbangan British European Airways (BEA) jatuh tepat setelah lepas landas dari bandara Munich-Riem, Muenchen. Di dalam pesawat terdapat para pemain Manchester United yang baru saja kembali dari Beograd, Yugoslavia setelah mengalahkan tuan rumah Red Star Belgrade dalam ajang Piala Champions.
Penerbangan pulang ke Manchester itu sempat tertunda selama satu jam karena paspor salah satu pemain tertinggal di hotel. Setelah akhirnya berangkat, pesawat dengan nomor registrasi G-ALZU yang disewa Manchester United tersebut mendarat di bandara Muenchen untuk mengisi bahan bakar.
Begitu bahan bakar terisi, sang pilot, Kapten James Thain dan kopilot Kenneth Rayment, mencoba lepas landas sebanyak dua kali, namun harus membatalkan kedua percobaan tersebut karena masalah mesin. Kota Muenchen saat itu memang baru saja mengalami badai salju dan kondisinya tidak ideal untuk menerbangkan pesawat.
Karena khawatir jadwal mengalami keterlambatan, Kapten Thain menolak menginap di Muenchen dan memilih melakukan percobaan lepas landas untuk ketiga kalinya. Kondisi kala itu mulai turun salju yang menyebabkan kubangan lumpur di ujung landasan.
Pada percobaan ketiga itulah bencana tidak terhindarkan. Tepat setelah pukul 3 sore, pesawat dipaksa lepas landas. Akibatnya, pesawat yang tidak mempunyai cukup daya angkat kehilangan kecepatan. Tidak mampu berhenti dengan aman, pesawat akhirnya menabrak pagar pembatas di ujung landasan. Bagian sayapnya membentur sebuah rumah kosong dan membuat pesawat terbakar.
Peter Howard, seorang fotografer dari Daily Mail yang selamat dari kejadian tragis itu, mengatakan bahwa pesawat seketika tampak seperti hancur berkeping-keping.
“Itu adalah sensasi yang menakutkan dan segala macam hal mulai menimpa kami. Tidak ada waktu untuk berpikir. Tidak ada yang berteriak. Tidak ada yang berbicara. Hanya keheningan yang mematikan selama beberapa detik.”
22 dari 43 penumpang tewas dalam kecelakaan pesawat yang mengangkut para pemain Manchester United beserta stafnya dan sejumlah wartawan itu. 20 penumpang di antaranya tewas di tempat, termasuk tujuh pemain Manchester United. Pemain kedelapan, Duncan Edwards, sempat menjalani perawatan di rumah sakit selama dua minggu sebelum meninggal akibat luka-luka yang dideritanya, sehingga menambah jumlah korban yang meninggal menjadi 23.
Sang pelatih, Sir Matt Busby, menjadi salah satu korban yang selamat meskipun menderita luka-luka yang parah dan dalam kondisi kritis selama berminggu-minggu.
Kapten Thain juga selamat dari kecelakaan nahas itu. Dia kemudian didakwa melakukan kelalaian yang menyebabkan kematian setelah foto-foto investigasi menunjukkan bahwa dirinya telah mengabaikan penumpukan es di sayap pesawat.
Namun, penyelidikan selanjutnya mengungkapkan bukan pembekuan di sayap pesawat yang menjadi penyebab kecelakaan, melainkan kubangan lumpur salju di ujung landasan yang membuat pesawat memperlambat kecepatan saat akan lepas landas, sehingga tidak memiliki cukup daya angkat untuk terbang.
Namun, Kejaksaan Jerman tetap memutuskan memenjarakan Kapten Thain sampai tahun 1968. Pada tahun yang sama, Pelatih Busby memimpin Manchester United meraih gelar juara Piala Champions pertama mereka, dengan dua pemain yang selamat dari kecelakaan pesawat itu termasuk ke dalam tim.
Reporter: Safira Ginanisa