Tordesillas, Kota yang Membagi Dunia Menjadi Dua Bagian

Baca Juga

MATA INDONESIA, MADRID –  Di Provinsi Valladoid Spanyol terdapat sebuah kota kecil bernama Tordesillas. Jika dilihat, wilayah itu nampak seperti kota pada umumnya. Namun siapa sangka, di tempat itulah Spanyol (saat itu bernama Kerajaan Castile) dan Portugis pernah merundingkan perjanjian Tordesillas pada tahun 1949.

Sekilas, Tordesillas, tampak seperti kota biasa. Kota ini memiliki lapangan dengan Plaza Mayor yang terawat dan gereja yang dibangun pada abad pertengahan.

Tapi, kalau Anda menyebutnya di Sao Paolo, Cargaena atau kota lain di Amerika dan Amerika Selatan, banyak orang akan mengenali kota ini.

Pada 1494, Spanyol (yang pada saat itu bernama Kerajaan Castile) dan Portugis membagi tanah jajahan yang belum juga mereka temukan.

Lokasi kota ini menjadi lokasi yang pas untuk merundingkan perjanjian yang bersejarah, ”Kota ini berada di persimpangan jalan yang sangat penting,” ujar Miguel Angel Zalama, seorang profesor Sejarah Seni di Universitas Volladoid dan Direktur dari Tordesillas Center of Ibero-American Relations.

Namun keberadaaan lapangan kerajaan dan kondisi geografis kota tersebut bukan satu-satunya alasan bagi Ratu Spanyol Isabella dan suaminya Raja Ferdinand, memilih kota tersebut.

”Dengan label sangat imajinatif, kuno, mewah, setia dan noble villa, kota ini berhubungan erat dengan tradisi sejarah Portugis,” ujar Ricardo Piqueras Céspedes, Profesor Sejarah di Universitas Barcelona.

Pada abad ke 15 Ratu Maria dan Beatriz dari Portugis tinggal dan punya istana peristirahatan di kota itu. ”Hal inilah yang membuat mereka nyaman saat ada pembicaraan perjanjian. Kota ini rumah mereka sendiri,” ujarnya.

Isabella dan Ferdinand memiliki alasan yang bagus untuk menenangkan Portugis. Mereka memilih mengalah karena khawatir bisa bermusuhan dengan Portugis. Pembicaraan perjanjian ini berlangsung selama satu tahun namun akhirnya dapat dirumuskan dari Mei – Juni 1494.

Gara Gara Colombus

Ini semua gara-gara Christopher Colombus. Pada Maret 1493, saat rombongan kapal yang dipimpinnya kandas di Lisbon Portugis gara-gara badai setelah mereka berpetualang mencari dunia baru. Niat Colombus sebenarnya ingin segera mengabarkan bahwa dirinya menemukan dunia baru—kelak dikenal sebagai benua Amerika—kepada Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dari Spanyol yang sudah mensponsori pelayarannya.

Pemimpin tertinggi Portugis, Raja Joao II, menangkap Columbus dan memaksa ia menceritakan penemuannya. Terungkaplah penemuan tanah Hindia—wilayah yang terletak di barat Atlantik dan dikenal sebagai tanah penghasil rempah oleh bangsa Eropa.

Raja Joao II terkejut. Apalagi ia juga mengetahui bahwa sponsor pelayaran Colombus ialah Spanyol, saingan Portugis.

Raja Joao II memberikan pernyataan bahwa temuan Columbus tersebut masuk ke wilayah teritori Portugis berdasarkan Perjanjian Alcacovas yang ditandatangi dua kerajaan itu pada 1479.

Salah satu poin pembahasan dalam perjanjian tersebut ialah pembagian wilayah antara Spanyol dan Portugis: Spanyol hanya diberi Kepualuan Canary di Atlantik, sedangkan Portugis memiliki wilayah yang lebih luas, yakni di seluruh Atlantik dengan batas di selatan Canary.

Atas dasar inilah Joao II menyatakan bahwa wilayah yang ditemukan Columbus adalah milik Portugis dan tidak bisa diklaim oleh Spanyol.

Dua aturan tersebut kemudian disampaikan oleh utusan Joao II kepada Kerajaan Spanyol.

Setelah dikorek keterangannya, Colombus pun balik ke Spanyol. Ia langsung mengabarkan berita penemuan dunia baru kepada Ferdinand dan Isabella. Columbus juga mengabarkan bahwa dirinya sempat singgah di Lisbon dan diinterogasi oleh Joao II. Raja Ferdinand lantas mengumumkan bahwa dunia baru yang ditemukan Columbus adalah milik Spanyol. Negara lain, khususnya Portugis, tidak diizinkan untuk menginjakkan kaki di sana.

Tapi, Spanyol menyadari bahwa pengumuman yang dibuatnya bersifat sepihak dan tidak mengikat. Akhirnya atas saran dari berbagai penasihatnya, Spanyol mengirimkan utusan resmi ke Vatikan dan diterima oleh Paus Alexander VI.

Sebagai pemimpin Agama Katolik tertinggi saat itu, Paus menerima permintaan Raja Ferdinand untuk mengeluarkan aturan terkait penemuannya sehingga wilayah baru itu menjadi milik Spanyol dan mengurangi potensi sengketa dengan Portugis.

Perjanjian Tordesillas berawal dari Utusan Raja Spanyol dan Portugis yang menghadap Paus Alexander di Vatikan
Perjanjian Tordesillas berawal dari Utusan Raja Spanyol dan Portugis yang menghadap Paus Alexander di Vatikan

Akhirnya, pada 3-4 Mei 1493, Alexander VI mengeluarkan piagam kepausan untuk menuruti permintaan Spanyol. Pada piagam pertama yang terbit pada 3 Mei 1493, Paus memberikan kewenangan kepada Ferdinand dan Isabella hingga ahli warisnya kelak untuk mengatur kekuasaan, otoritas, dan yurisdiksinya atas semua tanah baru, asalkan belum dimiliki oleh penguasa Kristen lain. Aturan ini juga melarang orang atau negara lain untuk pergi ke wilayah itu tanpa adanya izin dari Spanyol.

Portugis pun tak mau kalah. Mereka juga meminta Paus untuk memberikan keputusan yang sama.

Paus pun bersikap netral terhadap dua negara katolik ini. Ia kemudian mengeluarkan aturan baru untuk menjawab tuntutan Spanyol dan Portugis.

Paus Alexander VI kemudian membagi garis demarkasi imajiner yang ditarik dari Kutub Utara hingga Kutub Selatan dan membelah Samudra Atlantik. Intinya, ia memutuskan Spanyol memiliki kuasa atas tanah di sebelah barat Atlantik dan Portugis di sebelah timurnya.

Namun setelah dikeluarkannya piagam kepausan, perseturuan tak kunjung selesai. Sebagai pihak yang dirugikan, Portugis terus mengecam Spanyol dan aturan yang dikeluarkan Paus karena dianggap memotong kuasa maritim Portugal.

Portugis mengancam akan segera mengobarkan perang jika Spanyol tetap bertahan atas klaim temuan dunia barunya. Portugal memang tidak main-main dalam hal sengketa wilayah.

Akhirnya, Spanyol dan Portugis duduk kembali di meja perundingan. Portugal bersikeras menekan Spanyol agar tak mengindahkan aturan yang dikeluarkan Paus. Spanyol merasa tertekan dan lagi-lagi mengeluarkan jurus cepat: melobi kembali Paus hingga Vatikan mengeluarkan aturan baru pada September 1493 yang semakin mengukuhkan teritori Spanyol. Setelah itu, Portugis kembali memperdebatkan hasilnya hingga berbulan-bulan ke depan.

Akhirnya, perdebatan itu mencapai titik akhir. Pada 7 Juni 1494 Portugis dan Spanyol mencapai mufakat. Mereka sepakat atas pembagian wilayah oleh Paus yang berdasarkan garis bujur imajiner dari kutub utara ke selatan dengan patokan jarak 370 liga (1 liga = 400 mil) dari sebelah barat Kepulauan Cape Verde. Spanyol memiliki otoritas di daerah barat, sedangkan Portugis di daerah timur yang dianggapnya lebih “bebas”. Selain itu, keduanya juga setuju untuk mengirimkan tenaga ahli dan memulai perjalanan menemui dunia baru.

Permufakatan ini kemudian dikenal dengan nama Perjanjian Tordesillas, mengacu kepada kota di Spanyol yang dijadikan tempat penandatanganannya. Bermula dari perjanjian itulah dunia abad ke-15 terbagi menjadi dua, yaitu milik Spanyol dan milik Portugal. Perjanjian Tordesillas lalu menjadi pintu gerbang bagi lahirnya babak baru: periode kolonialisme dan imperialisme.

Reporter : R Al Redho Radja S

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Webinar Inspiratif Universitas Alma Ata: Peluang dan Tantangan Karir di Dunia UI/UX di Era Digital

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menghadapi era digital, Universitas Alma Ata berkomitmen mendorong mahasiswanya untuk membangun karir di dunia UI/UX dengan menggelar webinar bertajuk “Membangun Karir di Dunia Desain UI/UX: Peluang dan Tantangan di Era Digital” pada Sabtu (21/12/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini