MATA INDONESIA, JAKARTA – Selamat datang di Pulau Sisilia. Sebuah daerah otonomi Italia dan pulau terbesar di Laut Tengah, dengan wilayah seluas 25.703 km² dan penduduk 4.968.991 jiwa.
Kota-kota penting di Sisilia adalah ibu kota regione, Palermo dan ibu kota-ibu kota provinsi yang terdiri dari Catania, Messina, Siracusa, Trapani, Enna, Caltanissetta, Agrigento, Ragusa. Kota-kota lainnya yang terkenal adalah Cefalù, Taormina, Bronte, Marsala, Corleone, Castellammare del Golfo Francavilla di Sicilia, dan Abacaenum (kini Tripi).
Sisilia juga merupakan tempat lahirnya sebuah kelompok mafia Italia yang sangat menakutkan yaitu Mafia Sisilia atau bisa disebut Cosa Nostra. Sindikat ini merupakan asosiasi kelompok kriminal yang memiliki struktur organisasi dan tata perilaku yang sama.
Cobalah berkenalan dengan seseorang yang menyebut dirinya berasal dari Sisilia, maka yang muncul adalah rasa ngeri. “Apakah dia seorang mafia?”
Yang menarik dari cerita pulau ini sebenarnya dulu pernah menjadi bagian dari daulah Islam yang sangat luar biasa? Selama lebih dari 200 tahun Daulah Aghlabiyah memerintah negeri ini.
Wilayah ini merupakan bagian dari Kekhalifahan Abbasiyah yang memerintah dari Baghdad. Sisilia menjadi pusat kekuasaan yang mendapat hak otonomi memerintah Tunisia, Aljazair, dan beberapa wilayah di Afrika Utara hingga kepulauan Sisilia.
Sebelum jatuh ke tangan orang-orang Arab Islam, Palermo (ibu kota Sisilia) pernah dikuasai oleh orang-orang Phoenix dan Byzantium. Saat dikuasai orang-orang Byzantium itulah, pada 652 Palermo diserang pasukan Muawiyah bin Abu Sofyan (602-680) yang merupakan khalifah pertama Dinasti Umayyah.
Saat Sisilia dipimpin gubernur baru dari daulah Aglabiyah, wilayah ini menjadi sejahtera. Alih-alih diperlakukan diskriminatif, para penduduk asli diberikan kebebasan memeluk agama. Syaratnya: mereka harus membayar jizyah (pajak kepala). Di era itu, orang-orang Aglabiyah memang tidak menjadikan Palermo sebagai kota utama. Mereka lebih memilih Syracuse sebagai ibu kota Sicilia. Namun Palermo tetap dibangun dan diperindah, hingga konon keindahannya disebut-sebut hanya bisa ditandingi oleh Cordoba di Spanyol dan Kairo di Mesir.
Selain kotanya yang indah, para penduduk Palermo juga dikenal sangat mengutamakan mode. Menurut Uskup Agung Sophronius, dalam sebuah catatan yang dibuat pada 883 M, Palermo adalah kota internasional yang berisi manusia-manusia dari berbagai bangsa. Selain orang-orang Arab dan lokal Sisilia, Palermo juga dihuni oleh orang-orang Yunani, Yahudi, dan Lombardia
Pada 972-973, Ibnu Hauqal berkenan mengunjungi kota tersebut. Menurut saudagar Baghdad tersebut, Palermo merupakan kota yang sangat cantik dengan istana dan masjid-majid megahnya yang berdiri di tiap sudut kota.
”Ketika mendengarkan mereka, saya yakin mereka orang yang saleh. Tidak ada yang meragukan kapasitas mereka,” tulis Hauqal seperti dikutip Philip K Hitti dalam bukunya The History of Arab.
Karena pemerintahan Islam, maka Bahasa Arab digunakan sebagai bahasa pengantar dalam kehidupan sehari-hari baik oleh penduduk beragama Islam dan Nasrani.
Bangunan-bangunan megah yang sekarang menjadi ikon pulau tersebut merupakan sisa-sisa peninggalan peradaban Islam. Misalnya Palazzo dei Normann (dulu merupakan istana lama para emir Arab), Gereja San Giovanni degli Eremiti (dulu merupakan masjid), Katederal Lucera (juga dahulunya masjid), dan gedung-gedung tua lainnya.
Tahun 1071 Palermo diserang oleh orang-orang Normandia dan takluk. Beruntung orang-orang Normandia mengadopsi kepintaran dan kebijakan umat Muslim. Alih-alih menghancurkan dan mengusir orang-orang Arab, salah satu raja mereka yang bernama Roger I malah meniru mentah-mentah pembangunan militernya dari orang-orang Arab.
Tak hanya itu, salah seorang rajanya yang bernama Frederick II (1194-1250) masih menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar di kerajaannya. Menjalankan hukum yang banyak diadopsi dari hukum Islam.
Di zaman pemerintahan Daulah Aghlabiyah, universitas dan ratusan madrasah juga didirikan. Para bangsawan Eropa banyak dikirim untuk menuntut ilmu di negeri itu.
Ibn Jubair, seorang penjelajah Muslim mengungkapkan, “Sisilia adalah negeri metropolis yang mengombinasikan kemuliaan dan kekayaan. Kota kuno yang sangat elegan.”
Pertanian berkembang pesat. Para sarjana Muslim mengenalkan teknik baru dengan menanam varietas bibit unggul. Sehingga hasil panen berlimpah dan laku di pasaran Eropa.
Sistem irigasi yang tertata rapi menjadi andalan penduduk negeri. Salah satu hasil pertanian Sisilia yang masih masyhur hingga saat ini adalah buah jeruk.
Tak hanya pertanian. Industri kerajinan seperti kaca dan tekstil yang sangat laku di pasaran dunia juga berkembang di negeri itu. Di akhir abad ke 10, Sisilia adalah produsen utama kain sutra. Tak heran dari Sisilia lah munculnya revolusi perdagangan di abad itu.
Sisilia merupakan jembatan perdagangan Muslim di Timur dan Barat. Komoditas dari Afrika dan Maroko dibawa ke Sisilia untuk diperdagangkan di pasar Eropa. Mereka telah menggunakan mata uang koin emas yang disebut ruba’ya yang nilainya seperempat dinar.
Kehebatan dan kecerdasan orang-orang Sisilia dalam pertempuran juga tercatat dalam sejarah. Pasukan Shalahuddin al Ayyubi pun banyak yang berasal dari negeri itu. Bahkan beberapa prajurit Sisilia diangkat menjadi panglimanya.
Tak kurang, penemu globe Abu Abdullah Muhammad al-Idrisi al-Qurtubi al-Hasani al-Sabti atau yang lebih dikenal sebagai Al-Idrisi, wafat dan dimakamkan di Sisilia.
Saat itu Sisilia adalah negara kosmopolitan. Sejumlah suku dan etnis hidup berdampingan dengan damai. Arab, Barber, Persia, Tartar, Afrika. Begitupun penganut agama Samawi, Muslim, Nasrani, Yahudi. Semua mendapat keadilan yang sama. Negara yang dipimpin oleh orang Muslim mampu membawa kedamaian bagi rakyatnya.
Sayangnya kedamaian dan kemakmuran ini tak bertahan lama. Setelah dikuasai orang-orang Normandia, Sisilia pun mengalami kehancuran. Pada Perang Dunia II, kelompok Mafia ikut mengerogoti kekuasaan di Sisilia dengan membantu pasukan Sekutu untuk merebut wilayah ini.
Sekarang kondisi di Sisilia makin parah. Palermo hingga kini masih berjuang memulihkan diri dari kerusakan yang dialaminya pada Perang Dunia II dan kerusakan yang disebabkan pertumbuhan perkotaan yang tak dikontrol selama bertahun-tahun. Pusat kota yang bersejarah masih dalam reruntuhan, lalu lintas yang parah, dan kemiskinan merajalela.
Reporter: Muhammad Raja A.P.