MATA INDONESIA, TEXAS – Berusia 18 tahun, pendiam namun agresif. Itulah gambaran Salvador Ramos, pelaku penembakan brutal di sebuah sekolah SD Texas Amerika Serikat.
The Daily Beast Rabu 25 Mei 2022 menggambarkan Ramos sebagai anak muda yang kasar kepada gadis-gadis. Termasuk melakukan teror kepada gadis yang disukainya. Ramos juga sering membawa sarung tinju setiap harinya dan dia sering mencoba melawan orang di taman.
Mantan teman sekelas SMA Ramos, Nadia Reyes, mengenang ke The Washington Post bahwa Ramos pernah memposting cerita Instagram yang menunjukkan ia berteriak pada ibunya dan memanggilnya jalang ketika sang ibu mencoba mengusirnya dari rumah.
”Dia memposting video di Instagram-nya di mana polisi berada di sana,” kata Reyes kepada Post. “Dia akan berteriak dan berbicara dengan ibunya dengan sangat agresif.”
Beberapa mantan teman sekolah Ramos mengatakan dia berhenti muncul di sekolah dan tidak akan lulus tahun ini.
Mantan teman Ramos, Santos Valdez Jr., mengatakan kepada The Washington Post bahwa keduanya adalah teman dekat sampai perilaku Ramos mulai “memburuk. Ramos menurut temannya mengalami gangguan bicara seperti gagap dan cadel. Ia pernah memotong wajahnya sendiri dengan pisau.”Ketika ditanya jawabannya hanya untuk bersenang-senang.”
Valdez mengirim pesan melalui Instagram dua jam sebelum pembantaian menanyakan kabarnya namun Ramos tidak membuka atau membaca pesan terakhir Valdez.
Teman lain mengatakan kepada The Washington Post bahwa dia biasa menembaki kendaraan orang dan menembak orang asing secara acak dengan pistol BB dari mobil.
Penembakan massal yang dilakukan Ramos menjadi yang paling mematikan di sebuah sekolah Amerika dalam satu dekade terakhir. Serangan ke Sekolah Dasar Robb, di Kota Ulvade, Texas menyebabkan 19 anak kecil dan dua orang dewasa tewas.
Salvador Ramos sejak awal sudah berniat melakukan penembakan dengan mengirimkan pesan beberapa jam sebelum menembaki anak-anak di sana. ”Saya akan melakukannya.”
Gubernur Texas Greg Abbot mengatakan Salvador Ramos teridentifikasi sebagai tersangka dalam penembakan massal di Sekolah Dasar Robb di Uvalde. Setelah melakukan aksi penembakan Salvador Ramos terbunuh oleh tembakan polisi.
Sebelum menembak anak-anak SD itu, Ramos yang juga pernah bersekolah di sekolah itu, menembak neneknya sebelum mengemudi ke sekolah dengan membawa pistol.
Sebuah akun Instagram milik Ramos berisi foto senjata dan selfie dirinya. Akun tersebut, dengan nama pengguna “salv8dor_”, kemudian hilang setelah Abbott merilis nama tersangka penembak massal.
Postingan tunggal akun tersebut menampilkan tiga foto — selfie cermin Ramos dalam kaus, foto close-up hitam-putih berbintik-bintik di wajahnya, dan bidikan orang pertama dari seseorang yang memegang magasin senjata api di pangkuan mereka.
Akun yang sama membagikan foto dua senapan di IG Storynya. Akun tersebut menandai pengguna lain di foto tersebut. Pengguna itu, @epnupues, mengatakan Ramos adalah orang asing yang menandai dia di foto pistol dan mengirim pesan kepadanya bahwa dia “memiliki sedikit rahasia”.
Pengguna Instagram, yang mengatakan dia tidak tinggal di Texas, mempertanyakan mengapa dia menandai dia di foto senapan dan mengatakan dia merasa menakutkan bahwa dia menandainya.
“Kamu akan memposting ulang foto senjataku,” @sal8dor_ mengirim pesan langsung kepada gadis itu pada 12 Mei.
Kemudian pada pukul 5:43 pagi hari Selasa @salv8dor_ mengiriminya pesan “Aku akan melakukannya”.
Penembakan itu terjadi di Robb Elementary School di Kota Uvalde, Texas –42,3 kilometer sebelah barat San Antonio– dan merupakan insiden terbaru serta terburuk di kalangan sekolah di Amerika Serikat.
Gubernur juga mengatakan dua polisi terkena tembakan namun tidak mengalami luka berat. Si penembak melakukan aksinya seorang diri.
Insiden Texas juga memicu perdebatan sengit antara kalangan pendukung pengendalian ketat senjata dan mereka yang menentang undang-undang apa pun yang tidak mendukung hak orang Amerika untuk memiliki senjata.
Penembakan pada Selasa merupakan salah satu yang paling banyak menelan korban jiwa di sekolah di AS. Sebelum itu, ada penembakan massal yang terjadi di Sekolah Dasar Sandy Hook di Connecticut pada Desember 2012. Dalam tragedi itu, seorang pria membunuh 26 orang, termasuk 20 anak berusia 5-10 tahun.
Pada 2018, penembakan juga terjadi di Sekolah Menengah Atas Marjory Stoneman di Parkland, Florida, hingga menewaskan 17 murid dan guru.