MATA INDONESIA JOHANNESBURG – Orang Boer adalah sebutan untuk penduduk kulit putih Eropa yang sudah cukup lama berdiam di Afrika Selatan. Mereka berasal dari Belanda. Pekerjaannya adalah petani dan peladang. Karena sudah bertahun-tahun tinggal di Afrika Selatan, orang Boer sudah menganggap koloni mereka sebagai Tanah Air. Maka ketika Inggris datang, perang pun berkobar.
Orang-orang Belanda ini datang ke Afrika Selatan pada 1652. Tujuan awalnya adalah ke Hindia. Pemimpinnya bernama Jan van Riebeeck. Awalnya mereka ingin mendirikan stasiun pengisian bahan bakar di Tanjung Harapan. Namun ternyata kawasan ini menjajikan sehingga mereka memilih untuk menetap.
Van Riebeeck dan kawan-kawannya menemukan banyak cadangan sumber daya alam di wilayah ini. Mereka turun temurun tinggal di kawasan ini dan berbaur dengan penduduk asli. Julukan mereka adalah Boer atau Afrikaner.
Mereka menguasai wilayah Natal, Cape Colon, Tranvaal, dan Republic of the Orange Free State. Umumnya mereka memiliki kebudayaan sendiri yang berbeda dengan kebudayaan Belanda maupun kebudayaan Afrika Selatan. Meski bukan warga asli Afrika Selatan, mereka memiliki rasa nasionalisme yang tinggi terhadap negeri penghasil berlian itu.
Mereka akan mempertahankan tanah yang mereka anggap milik mereka. Dan tak segan-segan melawan siapapun yang berusaha menguasai Afrika Selatan. Seperti Inggris, yang kala itu berambisi untuk menguasai Afrika Selatan.
Orang Boer juga sukses membangun dua koloni di Afrika Selatan. Pertama Oranje Vry Staat/ OVS dan Zuid Afrikaansche Republiek/ZAR.
Semua persoalan di awali saat Inggris datang ke kawasan selatan Afrika ini. Tadinya Inggris masuk ke Afrika Selatan karena dampak peperangan mereka dengan Prancis di Eropa. Saat tiba di Tanjung Harapan Afrika Selatan pada tahun 1806, Inggris melihat wilayah yang kaya dengan sumber daya alam. Inggris pun memilih wilayah ini untuk menjadi negara jajahannya. Namun di sana mereka harus berhadapan dengan orang-orang broer.
Demam Berlian
Berlian merupakan batu permata paling populer. Penemuan berlian dan emas di beberapa wilayah di Afrika Selatan memancing Inggris untuk menguasai wilayah ini. Tiba-tiba saja mereka berdatangan dan mendirikan benteng penjagaan. Orang-orang Broer tidak terima dengan perlakuan Inggris.
Puncaknya terjadi Perang Boer 1 antara 1880-1881. Ini semua bermula dari peristiwa penyitaan barang-barang milik seorang Boer bernama Piet Bezeidenhout. Ketika pemerintah setempat akan melelang barang tersebut, Piet datang bersama teman-temannya dan mengambil kembali miliknya.
Hal ini memancing pertikaian lebih lanjut antara para Boer dan pemerintahan koloni Inggris. Pada 16 Desember 1880, orang Boer mendirikan pemerintahan tandingan bagi koloni Inggris dan juga menyatakan perang secara resmi.
Perang Boer pertama akhirnya meletus. Inggris mengalami banyak kekalahan. Pasukan reguler mereka ternyata bukan tandingan orang-orang Boer yang beberapa generasi sudah ditempa kerasnya alam Afrika.
Selain skill yang mumpuni, orang-orang Boer juga bertarung secara gerilya dan dalam kelompok kecil. Setiap kelompok melakukan aktivitas secara mandiri. Ini sangat menyusahkan pasukan Inggris.
Dalam Perang Boer ini, pasukan milisi berhasil menyerang kota-kota besar milik koloni Inggris dan membuat mereka menyerah. Untuk menghadapi itu, pemerintah pusat di Cape mengirim banyak bantuan namun banyak yang sia-sia karena hancur dicegat orang Boer di perjalanan.
Perang Boer pertama berakhir dengan diakuinya kemerdekaan Zuid Afrikaansche Republiek/ZAR secara terbatas di bawah naungan Inggris. Wilayah itu kemudian sering disebut dengan nama Transvaal.
Perang Broer 2
Perang Boer 2 terjadi setelah ditemukannya emas di ZAR. Para penambang Inggris datang ke Transvaal dan makin lama jumlah mereka makin banyak. Setelah merasa cukup kuat, mereka menuntut agar perwakilan mereka juga punya suara di Dewan Rakyat ZAR.
Perdana Menteri Koloni Cape, Leander Jammerson menyerang ZAR dengan tuduhan melindungi para penambang Inggris. Mereka dihancurkan oleh pasukan Boer yang terlatih. Curiga Inggris akan menyerang lagi, Transvaal akhirnya menjalin aliansi militer dengan koloni dari Oranje Vry Staat/OVS.
Pemerintah Inggris menganggap hal itu bertujuan untuk memberontak atas pemerintahan kolonial. Perang Boer 2 pun akhirnya pecah.
Dalam perang edisi kali ini, pasukan Boer berhasil menyerang kota Natal dan melakukan pengepungan. 3000 prajurit Inggris mati. Hal ini langsung mendapat respons keras dari Pemerintahan Inggris
Dalam waktu singkat pasukan tambahan dari koloni Inggris lainnya seperti Australia, Selandia Baru, India dan Kanada berdatangan. Serangan balik dilancarkan kondisi berubah, Inggris mulai mengambil alih keadaan, pasukan ZAR dan OVS terdesak.
Seiring berjalannya waktu, kondisi mulai tidak menyenangkan untuk milisi Boer. Inggris merekrut pribumi kulit hitam sebagai mata-mata. Ladang dan kebun orang Boer hancur. Mereka mulai kesulitan suplai makanan.
Serangan besar-besaran dilakukan. Bloemfontein, ibukota dari OVS takluk. Menyusul kemudian Pretoria, ibukota ZAR jatuh ke tangan Inggris. Perang semakin berat untuk milisi Boer.
Walau ibukota negara-negara Boer sudah direbut, tetapi sisa milisi masih memilih melanjutkan pertempuran. ZAR kini berada di bawah komando Jendral Louis Botha, sedang pasukan OVS dipimpin langsung presiden mereka, Marthinus Steyn. Mereka memilih taktik gerilya.
Inggris kembali menyusun strategi untuk menghancurkan sistem gerilya Boer secara sistematis. Mereka menggunakan cara kejam. Menggiring keluarga prajurit Boer ke Kamp konsentrasi.
Strategi Inggris pun berhasil, di tahun 1902, Inggris berhasil menghancurkan sisa-sisa pasukan Boer. Kemudian, para pimpinan Boer pada 31 Mei 1902 menandatangani perjanjian the Peace of Vereeniging untuk mengakhiri perang.
Adapun isi perjanjian tersebut adalah pengakuan administrasi militer Inggris atas Transvaal dan Orange Free State. Dalam perjanjian tersebut juga tertuang amnesti umum bagi pasukan Boer. Pada tahun 1910, Inggris pun mendirikan Uni Afrika Selatan, dengan cakupan wilayah yang meliputi Transvaal, Orange Free State, Natal, dan Tanjung Harapan sebagai provinsinya.
Reporter: Intan Nadhira Safitri