MATA INDONESIA, JAKARTA – Dulu, awalnya orang-orang yang tinggal di Nusantara hanya tahu teknik rebus, kukus, dan bakar dalam memasak. Sampai akhirnya orang-orang Tionghoa memperkenalkan teknik menggoreng kepada masyarakat Indonesia.
Sinolog Thomas O. Hollmann dalam The Land of The Five Flavors: a Cultural History of Chinese Cuisine menyebut bahwa menggoreng adalah salah satu teknik memasak yang dikenal lama oleh orang Tionghoa. Di dalamnya termasuk teknik stir-fry (jian chao) dan deep-fry (zha). Zha dilakukan dengan mencelupkan makanan ke genangan minyak panas.
Teknik zha ini yang kemudian menjadi dasar dari segala jenis gorengan di Indonesia.
Berawal dari teknik itulah, tercipta bermacam-macam gorengan yang kerap kita makan. Seperti ote-ote yang dikenal di kawasan Surabaya dan sekitarnya. Ada pula yang menyebutnya weci, bakwan, dan lainnya.
Teknik mengoreng semakin pas saat masuknya produksi kelapa sawit di Nusantara. Minyak yang dihasilkan Kelapa Sawit ternyata pas sekali dengan teknik mengoreng.
Pada awal abad ke-20, minyak kelapa jadi hasil utama dari budi daya kelapa. Karena mulai banyak diminati dan menjadi keperluan domestik, minyak kelapa kemudian menjadi komoditas perdagangan.
Nah, gorengan kemudian dikenal di seluruh Nusantara. Malah akhirnya menjadi salah satu kudapan favorit. Perkembangan selanjutnya, ditemukanlah makanan goreng tepung atau makanan yang dicelup oleh tepung dan kemudian digoreng dalam minyak goreng yang panas.
Di Indonesia gorengan adalah makanan ringan yang populer. Penjual gorengan dapat ditemukan di tepi jalan atau berkeliling dengan pikulan atau gerobak. Jenis dan rasa gorengan sangat beragam, dari yang manis sampai dengan asin bahkan gurih seperti, ubi goreng, risol, tempe, tahu isi, bakwan dan masih banyak lagi. Gorengan biasanya dimakan dengan cabe rawit, atau bahkan sambal kacang.
Sampai saat ini, Gorengan adalah makanan yang cocok untuk kamu dan keluarga serta kerabat bersantai dirumah, dan dimanapun kalian berada. Jadi kalian tidak usah deh bingung-bingung mencari cemilan untuk berkumpul bersama.
Reporter: Siska Juniar