Menebak Makna Rabu Legi bagi Kabinet Jokowi di Periode Kedua

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Jika menoleh sejenak ke belakang, di awal masa periode jabatannya, Jokowi pernah merombak kabinet besar-besaran pada Rabu, 27 Juli 2016. Jokowi mengutak-atik 11 posisi kementerian di Kabinet Kerja jilid II.

Belum genap dua tahun, Jokowi sudah kembali merombak susunan kabinet pada Rabu, 17 Januari 2018. Saat itu ia mengganti posisi Menteri Sosial, Kepala Staf Presiden, menambah anggota Wantimpres dan pelantikan KSAU.

Jokowi sebelumnya juga pernah melakukan pertemuan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada Rabu, 22 Mei 2019 usai pencoblosan Pilpres tahun ini. Bahkan Jokowi sendiri lahir lahir pada Rabu, 21 Juni 1961.

Teranyar, pelantikan menteri kabinet jilid II Jokowi juga dijadwalkan akan dilakukan pada Rabu 23 Oktober 2019. Menurut penanggalan (weton) Jawa, hari tersebut akan jatuh pada Rabu Legi. Lantas apa maknanya bagi pemerintahan Jokowi dan negara Indonesia?

Pemerhati budaya dan sastra Jawa Anton Suparnjo mengatakan bahwa orang yang lahir pada hari rabu seperti Jokowi, menurut primbon Jawa, berwatak hemat, cerdas, pengayom, disukai banyak orang.

Bahkan kata dia, sejak dahulu kala hari Rabu selalu memiliki makna yang positif. Sesuai cerita kuno, Tuhan menciptakan cahaya di hari Rabu. Begitupun para pertapa maupun kiai juga mengajarkan ilmu baru selalu di hari Rabu.

“Legi artinya manis. Tembangnya berjudul Dhandhanggula; dhandhang artinya harapan, gula-manis. Maka semoga (pemilihan Kabinet di hari Rabu nanti) berbuah manis dan masa depan bangsa ini pun bercahaya,” kata dia kepada Minews.id, Senin 21 Oktober 2019.

Sementara menurut Kitab Primbon Betaljemur Adammakna karya Kanjeng Pangeran Harya Tjakraningrat, makna Rabu Legi dalam perhitungan weton Jawa, punya hitungan 12 (7 + 5). Maknanya luar biasa.

Pada hari Rabu Legi, keputusan yang ditetapkan akan dihormati banyak orang. Keputusan baru akan muncul. Rabu Legi juga mempengaruhi tata karma. Kaum muda menghormati yang lebih tua. Kejujuran menjadi salah satu prioritas. Membenci ketidakadilan. Kesetiaan sebagai komunitas.

Dalam hitungan Jawa, Rabu Legi, 23 Oktober 2019 masuk dalam Kala Kalima (14 Oktober – 9 November). Kala Kelima ini punya makna Pancuran Emas Sumawur Ing Jagad yang berarti Pancuran Emas Betebaran di Jagat Raya. Berkelimpahan. Kemakmuran dan kesejahteraan. Secara metrologis, masa kelima hawanya sejuk dan cuacanya syahdu. Sering pula turun hujan. Hujan diibaratkan emas, bertebaran di jagat raya.

Positifnya, dalam naungan Kala Kelima ada peningkatan kreatifitas dan kecerdasan. Percaya diri. Pantang menyerah, dan tidak ada keluh kesah.

Di sisi lain, makna Kala Kelima juga bermakna waspada. Lantaran Kala Kelima ini dikuasai Sang Hyang Bathara Asmara (Dewa keberuntungan sekaligus kesengsaraan) selama 27 hari. Maka, harus diwaspadai sebab di balik kesenangan, ada banyak godaan, berupa Ego, kesombongan, takabur dan keserakahan. Lantas, apakah menteri-menteri kabinet yang kabarnya kaum muda ini mampu menaklukkan itu semua?

Untuk selamat dari derita Kala Kelima, menteri-menteri muda itu wajib mempertahankan harga diri dan kewibawaan. Jaga mulut/omongan. Terpenting adalah karya baik dan sukses tanpa mengharap pujian. Kala Kelima juga mempengaruhi komunikasi. Kaku. Tertutup.

Selain itu, negara juga mesti bersiap-siap karena ada kecenderungan para menteri itu rewel, cerewet, dan selalu minta lebih banyak dari yang semestinya. Jaman telah berubah. Kreatifitas makin menggila.

Presiden Joko Widodo harus bersiap jika para menterinya punya keberanian, keras kepala, dan mudah tersinggung atau marah kalau kehendaknya tidak dituruti atau karena hal sepele.

Lalu menurut Horoskop Jawa: Misteri Pranata Mangsa yang disusun oleh Ki Hudoyo Doyodipuro, pada masa ini para pamong negeri harus sadar untuk tidak berfoya-foya dengan wanita penghibur. Juga perlu mewaspadai penyakit yang mengancam seperti rematik, sakit jantung, ginjal, kencing gula, dan sakit kelamin. Bagi perempuan, waspadai keputihan, kanker kandungan, juga gangguan pada rahim.

Para menteri kabinet juga harus bersikap layaknya bumi dan kucing. Layaknya bumi yang nampaknya diam, namun sejatinya menghasilkan bagi kemakmuran penghuninya. Maka para menteri harus menyadari kalau mereka adalah perancang kebijakan bagi berbagai aspek kehidupan negeri. Jadi, jangan berbicara ngelantur.

Sementara lambang kucing menganalogikan agar para menteri selalu waspada, jangan lengah dan selalu optimis menatap masa depan.

Mari kita semua optimis menyambut era baru Kabinet Jokowi jilid II 2019-2024 yang juga akan beranggotakan kaum milenial!

Berita Terbaru

Kenaikan PPN 1% Tidak Berdampak Negatif: Pemerintah Pastikan Kebutuhan Pokok Masyarakat Terlindungi

Jakarta – Sejumlah pihak menyambut positif rencana kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 1% menjadi 12% pada tahun...
- Advertisement -

Baca berita yang ini