Kelaparan menjadi Realitas Pahit di Negara Kaya Bernama Amerika Serikat

Baca Juga

MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Ironi, tampaknya itulah yang menggambarkan kondisi Amerika Serikat (AS) saat ini. Terlepas dari kedigdayaan dan kehebatannya, ternyata masih ada orang-orang yang membutuhkan makanan di negara maju sekelas AS.

Pandemi panjang yang diakibatkan virus corona membuat tatanan ekonomi dunia porak poranda, termasuk Negeri Paman Sam. Jutaan warga AS harus bekerja keras demi bertahan hidup di situasi yang tak menentu ini.

Pandemi mematikan yang mengoyak jantung negara turut menghampiri Aaron Crawford. Di tengah usahanya mencari pekerjaan, sang istri harus menjalani operasi, lalu virus mulai menggerogoti jam kerja dan gaji istrinya.

Keluarga Crawford tidak memiliki simpanan, sementara mereka memiliki tagihan yang menumpuk dan ketakutan yang semakin meningkat. Pasangan Crawford memiliki dua anak laki-laki berusia 10 dan 5 tahun.

“Saya merasa seperti saya gagal. Seluruh stigma ini, pola pikir bahwa jika Anda adalah pria yang tidak dapat menafkahi keluarganya, maka Anda adalah seorang pecundang,” kata Crawford yang merupakan dokter hewan Angkatan Laut itu, melansir Associated Press, Selasa, 8 Desember 2020.

Kelaparan merupakan realitas pahit di negara terkaya di dunia. Sekarang, di masa pandemi di tahun 2020, dengan penyakit, kehilangan pekerjaan dan penutupan bisnis, jutaan orang Amerika mengkhawatirkan lemari es dan makan yang kosong.

Sementara itu, sejumlah masyarakat rela tidak makan demi anak mereka bisa makan dan sebagian lagi bergantung pada makanan murah yang kurang gizi. Mereka yang berjuang melawan kelaparan mengatakan bahwa mereka belum pernah melihat fenomena seperti ini terjadi di Amerika Serikat, bahkan selama resesi hebat tahun 2007-2009.

Bank makanan dengan sigap membagikan makanan kepada mereka yang membutuhkan. Analisis data Associated Press menemukan peningkatan tajam dalam jumlah makanan yang didistribusikan dibandingkan dengan tahun lalu.

Tempat pertama menemukan bantuan adalah dapur makanan yang tersebar di sejumlah wilayah. Berton-ton makanan berpindah setiap harinya, dari toko bahan makanan dan barang-barang pemerintah ke pusat distribusi gudang dan berakhir di badan amal lingkungan.

Keluarga Crawford beralih ke Pusat Sumber Daya Keluarga dan Bank Makanan yang dikelola oleh 360 Communities, yakni sebuah organisasi nirlaba yang hanya berjarak dari apartemen mereka di Apple Valley, Minnnesota.

Mereka akan menerima kotak bulanan berisi produk segar, seperti susu, daging, dan kebutuhan pokok lainnya. Makanan yang dibagikan cukup untuk mengisi dua troli di supermarket. Apabila makanan tersebut habis, maka mereka bisa mendapatkan paket darurat untuk membantu mereka selama sisa bulan ini.

Awalnya, Crawford malu pergi ke bank makanan karena khawatir bertemu dengan seseorang yang dia kenal. Namun, sekarang dia sekarang melihatnya secara berbeda. Selama tidak melakukan tindakan kejahatan, Crawford akan melakukan apa pun demi memastikan perut anak-anak dan istrinya terisi.

“Itu tidak membuat saya menjadi orang jahat atau suami atau ayah yang buruk. Sebaliknya, saya melakukan sesuatu untuk memastikan bahwa istri dan anak-anak saya memiliki sesuatu untuk dimakan,” tuntasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini