Istilah Cuci Tangan Berasal dari Pontius Pilate: Orang yang Mengeksekusi Yesus

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kisah penyaliban Yesus merupakah sebuah cerita yang mengubah banyak hal di dunia. Namun, terlepas dari kisahnya, terdapat beberapa orang yang memiliki peran penting dalam kejadian ini. Contohnya, orang yang menjatuhkan eksekusi, seperti Pontius Pilate.

Termasuk istilah cuci tangan yang berarti tak mau bertanggung jawab atas apa yang terjadi.

Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata, “Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini, itu urusan kamu sendiri.” (Matius 27: 24)

Kisah ini menjadi menarik karena kemudian orang Yahudi menjadi korban kelicikan Pilatus.

Catatan tentang Pilate tidak banyak. Hal pasti Pilate adalah seorang pejabat Romawi yang mengatur Judea. Sisanya, berbagai kisah Pilate lebih mirip desas-desus yang tidak pasti.

Seperti rumor tentang hubungannya dengan Judas yang rahasia. Atau perbicangan antara Pilates dan Yesus yang hingga sekarang tak pernah terungkap. Tapi selebihnya, tidak ada yang tahu apakah hal ini benar atau tidak.

Untuk penyaliban Yesus , di Perjanjian Baru, Pilate disebutkan menjatuhkan hukuman karena permintaan kaum Yahudi. Hal ini yang menggambarkan Yahudi sebagai kaum yang buruk.

Ditengah-tengah narasi ini, Romawi terlihat baik dengan ‘usaha’ mereka berusaha membatalkan eksekusi atas Yesus. Sebagai pemimpin tertinggi di Judea, ia memberikan pilihan kepada orang-orang Yahudi untuk menentukan pemberian hukuman kepada Yesus dan tiga kriminal lainnya. Saat Rabi-rabi Yahudi memilih mengampuni salah seorang pelaku kriminal, Pilate hanya terdiam. Ia kemudian meminta pengawalnya membawa satu cawan air yang cukup besar. Di depan rabi-rabi Yahudi, ia kemudian mencuci tangan dan mengatakan bahwa ia tak mau bertanggung jawab atas hukuman kepada Yesus.

Terlepas dari berita simpang siurnya, Pilate merupakan pemimpin yang baik. Dia disebutkan sebagai pemimpin yang pintar melakukan pekerjaannya dan tidak tahu ampun. Buktinya, dia bisa memimpin selama 10 tahun di kota yang dikenal berantakan. Tugasnya selama di Judea memang untuk menjaga perdamaian disana.

Saat dia pertama memimpin di Judea, keadaannya kacau. Sempat terjadi pertumpahan darah agar Pilate bisa memperlihatkan kekuatannya. Dia sempat mengira kaum Yahudi akan kabur saat ia mengeluarkan pedangnya, tapi mereka justru bersujud.

Ia memutuskan untuk mundur dan memilih untuk mengakhiri keadaan dengan damai. Walau waktu itu ia bukan pemeluk agama Kristen, Pilate sangat religius dan taat pada kepercayaannya. Politik dan agama di Romawi memang tidak bisa terpisahkan. Pilate sendiri percaya hal ini. Ia termasuk tokoh yang penting di tempatnya sendiri.

Selama memimpin, Yesus bukanlah orang pertama yang mendatangi atau orang yang menyebarkan kepercayaan. Hanya saja, hukuman kepada Yesus jatuh setelah beberapa tuntutan para rabi Yahudi kepada pengadilan.

Setelah Penjamuan Terakhir, Yesus pun tertangkap di Taman Gethsemane.

Tapi, ada beberapa versi cerita yang berbeda tentang penangkapan Yesus. Yang pertama penangkapan Yesus sehari setelah Pilate menjatuhkan hukuman dan perintah. Pilate mencuci tangannya sebelum berdoa kepada Tuhannya sebelum melakukan hal ini.

Versi lain bahwa ada beberapa sidang dulu sebelum akhirnya hukuman benar-benar keluar. Ada yang bilang juga kalau Pilate sebenarnya merasa Yesus tidak bersalah. Sedangkan di versi lain, ia menjatuhkan hukuman tersebut agar posisinya di Romawi aman.

Yang pasti adalah setelah penyaliban Yesus, tak ada lagi yang menyebut nama Pilate. Ia hilang dalam cerita tanpa ada yang menjelaskan kenapa sehingga muncul berbagai rumor tentang hal ini.

Banyak yang berkata kalau ia pulang ke Romawi setelah kinerja pemerintahannya gagal. Ada yang bilang ia menjalani eksekusi dan pengasingan. Sebabnya karena ia menerima dan pindah kepada agama Kristen. Setelahnya, ia mencoba mengajak Kaisar untuk melakukan hal yang sama tapi gagal.

Apapun itu, tidak ada yang tahu pasti tentang akhir dari Pontius Pilate sendiri. Menurut Eusebius dari Caesarea, ia tewas karena bunuh diri atas perintah Kaisar Caligula pada tahun 36 M.

Walau tidak banyak yang tahu tentang Pilate, ia tetap seorang figur yang penting. Banyak karya yang menuliskan kisah dari injil dengan Pilate dic dalamnya. Seperti lukisan milik JMW Turner dan Nikolai Ge.

Nampaknya, Pilate tetap seorang yang berperan besar dalam kejadian bersejarah tersebut. Baik dengan adanya catatan tentang ia atau tidak.

Penulis: Deandra Alika Hefandia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Webinar Inspiratif Universitas Alma Ata: Peluang dan Tantangan Karir di Dunia UI/UX di Era Digital

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menghadapi era digital, Universitas Alma Ata berkomitmen mendorong mahasiswanya untuk membangun karir di dunia UI/UX dengan menggelar webinar bertajuk “Membangun Karir di Dunia Desain UI/UX: Peluang dan Tantangan di Era Digital” pada Sabtu (21/12/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini