Fakta Perang Puputan dan Tetes Darah Penghabisan I Gusti Ngurah Rai

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Salah satu pertempuran antara Indonesia dengan Belanda yang paling terkenal adalah Perang Puputan Margarana di Bali. Perang ini terjadi di Bali pada 20 November 1946.

Kala itu, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bertempur habis-habisan, untuk mengusir Belanda yang datang kembali setelah kekalahan Jepang. Tujuannya sama. Untuk menguasai kembali wilayah Jepang yang berhasil menguasai Indonesia saat Perang Dunia II. Lalu fakta apa saja dibalik peristiwa Perang Puputan ini?

1. Asal Nama Puputan Margarana

Puputan merupakan tradisi perang masyarakat Bali. Berasal dari kata puput, dalam KBBI berarti terlepas dan tanggal. Maksudnya adalah perang hingga nyawa lepas atau tanggal dari tubuh, sampai titik darah penghabisan. Sedangkan istilah Margarana berasal dari tempat perang itu terjadi yaitu daerah Margarana, Tababan, Bali.

2. Terjadi karena Perjanjian Linggarjati

Ketidakpuasan Belanda atas Perjanjian Linggarjati kala itu, menjadi sebab perang ini terjadi. Perjanjian antara Indonesia dan Belanda pada 10 November 1945 menyatakan wilayah Bali tidak masuk dalam teritorial Indonesia.

Secara de facto, Belanda hanya mengakui Sumatera, Jawa dan Madura sebagai wilayah Indonesia. Karena itu, Belanda ingin menjadikan Bali sebagai wilayah Indonesia Timur. Belanda pun menancapkan kekuatan di Bali dan ingin menguasainya.

3. Pasukan Ciung Wanara

Berbagai macam tawaran Belanda kepada pimpinan Pasukan Ciung Wanara I Gusti Ngurah Rai. Namun kecintaannya pada Indonesia membuatnya bertahan. Puput Margarana bermula ketika Ngurah Rai memerintahkan pasukan Ciung Wanara merampas persenjataan polisi Belanda yang menduduki Kota Tabanan.

Aksi tersebut berjalan mulus. Puluhan senjata berhasil di rampas pasukan Ciung Wanara. Tindakan tersebut memicu kemarahan Belanda yang kemudian menyusun strategi untuk melakukan penyerangan.

4. Perang Puputan

Saat pasukan Ciung Wanara sedang melakukan longmarch ke Gunung Agung, perjalanan mereka terhenti ketika secara tiba-tiba. Rentetan senjata beruntun menyerang mereka. I Gusti Ngurah Rai kala itu sudah gerah dengan ulah Belanda. Aksi saling tembak tidak terelakkan di sana.

Tidak jelas strategi perang I Gusti Ngurah Rai. Namun, semangat juang Pasukan Ciung Wanara tak habis begitu saja. Seketika perkebunan palawija menjadi genosida manusia. Belanda menurunkan semua pasukan yang ada di Bali, untuk datang ke Kota Marga. Perang sengit ini berakhir dengan gugurnya I Gusti Ngurah Rai dan semua pasukannya.

5. Hari Perang Puputan

Perang Puputan Margarana menyebabkan 96 pahlawan gugur. Dari pihak Belanda sejumlah 400 orang tewas. Untuk mengenang peristiwa tersebut di Desa Marga dibangun sebuah Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa. Serta menjadikan tanggal 20 November 1946 sebagai hari Perang Puputan Margarana, sebagai perang hebat di Pulau Bali.

Berita Terbaru

Pilkada Serentak Diharapkan Jadi Pendorong Inovasi dalam Pemerintahan

Jakarta - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024, diharapkan dapat mendorong inovasi serta memperkuat sinkronisasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini