MATA INDONESIA, JAKARTA – Pidi Baiq, sebuah nama yang akrab di telinga kawula muda. Ia merupakan seniman sekaligus penulis yang saat ini dikenal dengan karya novel series-nya, Dilan. Pidi Baiq atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Ayah/Surayah ini merupakan penulis kelahiran Bandung tahun 1972.
Pidi Baiq begitu mencintai seni, dengan segala kebebasannya. Sejak kecil, kreativitas Pidi sudah terlihat. Sampai akhirnya Pidi menekuni dunia kesenian di salah satu fakultas di Institut Teknologi Bandung.
Sebagai penulis, Pidi Baiq bisa dibilang termasuk orang yang jarang membaca buku ataupun novel. Pidi mulai menyukai karya sastra karena sang ibu dan kakak perempuannya yang bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia sering meminjam buku.
Berikut adalah beberapa karya terbaik Pidi Baiq:
- Dilan 1990, Dilan 1991, Suara Dari Dilan (2014 – 2016)
Novel series yang bertema romansa komedi ini menceritakan tentang kisah cinta remaja pada era 1990-an. Novel Dilan 1990 dan Dilan 1991 sudah berhasil difilmkan di layar lebar. Kedua novel ini pun dibanjiri pujian oleh para pembaca.
- Drunken Series (2008 – 2009)
Drunken series karya Pidi Baiq ini terdiri dari 4 buku dengan judul yang berbeda. Judulnya: Drunken Monster: Kumpulan Kisah Tidak Teladan; Drunken Molen: Kumpulan Kisah Tidak Teladan; Drunken Mama: Keluarga Besar Kisah-kisah non Teladan; dan Drunken Marmut : Ikatan Perkumpulan Cerita Teladan.
Drunken series ini berisi tentang curahan hati Pidi. Namun, berbeda dari catatan harian penulis lain, Drunken Series ditulis dengan kalimat-kalimat gokil khas Pidi Baiq.
- Asbunayah (2017)
Asbunayah berisikan 264 halaman. Asbunayah diambil dari kata ‘asbun’ (asal bunyi), dan ‘ayah’ (panggilan Pidi Baiq). Di novel ini, Pidi menuliskan banyak ‘quote’ asbun yang menggambarkan ke-gokil-an Pidi. Bocok dibaca saat waktu luang, karena sangat menghibur dan menarik. Buku ini menyadarkan pembaca tentang hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.
- P. B. U. : Dongeng Sebelum Bangun (2012)
Karya Pidi yang satu ini berupa komik yang berisi 3 Dongeng. Berbeda dengan dongeng-dongeng pada umumnya, dongeng ini dibanjiri kalimat sarkas serta kalimat candaan khas Pidi Baiq. Meski begitu, di dalamnya tetap terdapat pesan moral yang tersirat dari kumpulan dongeng tersebut.
Penulis: Tashyarani Edi Putri