Berawal dari Transfusi Darah Hewan ke Manusia, Inilah Awal Mula Donor Darah

Baca Juga

MATA INDONESIA,JAKARTA – Hari ini tepatnya 14 Juni di tetapkan sebagai Hari Donor Darah Sedunia. Slogan donor darah adalah Give blood make the world a healthier place (berikan darah dan jadikan dunia tempat yang lebih sehat).

Lalu darimana asal mula adanya donor darah?

Tidak ada yang tahu persis awal mula donor darah terjadi. Namun sudah sejak lama transfusi darah dilakukan oleh beberapa ahli. Manusia telah menganggap darah sebagai zat dengan sifat regeneratif yang penting sejak jauh sebelum transfusi darah menjadi salah satu bentuk terapis medis.

Pada zaman dahulu, pemberian darah hanya untuk persembahan, itupun dengan mengorbankan darah hewan. Sebagai salah satu komunikasi kepada dewa.

Donor darah atau pengambilan darah berdasarkan pada siatem pengobatan kuno di mana darah dan cairan tubuh lainnya sebagai keseimbangan yang tepat untuk menjaga kesehatan.

Pada 2500 Sebelum Masehi, penduduk mesir penggunakan pengambilan darah pada ilustrasi makam di Memphis, Mesir. Penggambarannya pengobatan seorang pasien ibu dan anak yang mengambil darah dari kaki dan leher.

Barulah pada akhir 1800, pengambilan darah secara medis. Namun siapa yang pertama kali melakukan transfuri darah masih simpang siur. Namun pendonoran darah berawal dari penelitian seorang ilmuwan bernama Richard Lower. T

Pada 15 Juni 1667, transfusi darah langsung pertama ke manusia dilakukan oleh dokter Jean-Baptise Denis. Ia memberikan darah seekor domba sekitar 12 ons kepada seorang pria muda yang demam.

Pria muda itu pulih dengan cepat. Tak lama setelah itu, Denis melakukan transfusi lain yang juga berhasil. Sayangnya, pasien ketiga dan keempat meninggal saat transfusi sedang berlangsung. Istri pasien keempat kemudian menuduh Denis melakukan pembunuhan. Polisi menangkap  Denis dan membawanya ke pengadilan. Hakim memutuskan membebaskan Denis dan juga mengeluarkan aturan untuk melarang memberikan darah hewan kepada manusia. Peristiwa ini berdampak besar setelah Gereja Katolok juga mengeluarkan larangan transfusi darah.

Sampai akhirnya muncul ilmuwan bernama Karl Landsteiner. Ia menemukan penggolongan darah A, B dan O pada 1901 dan setahun kemudian menemukan golongan darah AB.

Landsteiner kemudian mencampur darah dari dua golongan darah yang tidak kompatibel sehingga menyebabkan respons imun yang bisa berakibat fatal. Hal inilah yang membuat penemuan Karl Landsteiner cukup penting dan mampu menghidupkan kegiatan transfusi darah berjalan sampai sekarang.

Reporter : Alyaa

 

 

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini