MATA INDONESIA, JAKARTA – Masyarakat Indonesia diminta selalu waspada terhadap gerakan-gerakan radikal agar kita tidak terjerumus menjadi negara seperti Afghanistan sekarang.
Menurut Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi, selain tidak matangnya penarikan pasukan Amerika Serikat, kekacauan di Afghanistan saat ini akibat masyarakatnya tidak peduli dengan gerakan Taliban dalam 20 tahun terakhir.
“Sekarang mereka sudah terlambat karena aparat keamanan sudah tidak mungkin membendung gerakan Taliban,” ujar Islah melalui akun media sosialnya, Minggu 22 Agustus 2021.
Menurut Islah, sentimen agama dalam karakter politik Afghanistan bisa saja menginisiasi kelompok radikal di Indonesia terutama kelompok yang memiliki ikatan sejarah panjang dengan Taliban seperti Jamaah Islamiyah (JI).
Sejak masih berupa Darul Islam pada tahun 80-an, menurutnya, embrio JI itu telah mengirimkan anggotanya berlatih kemiliteran di Afghanistan.
Lalu di awal 90-an, JI yang terbentuk akibat perpecahan di dalam Darul Islam, mengirimkan ratusan anggotanya. Sejak itu lah ikatan emosional JI dengan Taliban semakin terbentuk.
Penangkapan puluhan anggota JI oleh Densus 88 minggu ini pada dasarnya tidak ada konteksnya dengan situasi Afghanistan.
Penindakan dilakukan karena JI adalah salah satu jaringan teror paling aktif di Indonesia dalam 20 tahun terakhir. Tanpa diketahui masyarakat umum, mereka aktif bergerak dengan melakukan rekrutmen, latihan militer dan pendanaan melalui organisasi yang terstruktur rapi. Belakangan mereka juga berusaha membuka jalan untuk menyusup ke dalam ranah politik.
Gerakan itu yang dilakukan Taliban dalam 20 tahun terakhir, sementara masyarakat Afghanistan terlena dengan kehadiran pasukan Amerika Serikat dan Sekutunya.
Masyarakat baru sadar ketika kelompok yang dikenal dengan kekerasannya itu dengan mudah menguasai daerah-daerah di Afghanistan usai Amerika Serikat menarik pasukannya. Namun kesadaran itu sangat terlambat karena negara itu kini di ambang perang saudara akibat kelompok Mujahiddin dikabarkan sedang bersiap melawan Taliban.