MATA INDONESIA, JAYAPURA – Pengesahan Undang-undang Otonomi khusus (Otsus) Papua menuai penolakan dari masyarakat serta mahasiswa dari wilayah adat Lapago. Hal tersebut mendapat tanggapan dari Ketua Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (NU) Kota Jayapura KH Abdul Kahar Yelipele.
Ia mengatakan bahwa seharusnya masyarakat Papua khususnya dari wilayah Lapago, Kabupaten Jayawijaya dan sekitarnya bersyukur karena program Otsus Papua diperpanjang oleh pemerintah Indonesia. Menurutnya, sejauh ini Otsus sudah mengakomodir kepentingan hidup Orang Asli Papua (OAP).
Yelipele pun memberikan contoh bahwa dengan kehadiran Otsus, pemimpin daerah cuma diperuntukkan bagi OAP. “Ini tak ada di wilayah lain, kita wajib bersyukur,” ujarnya di Jayapura, Rabu 21 Juli 2021.
Ia juga mengungkapkan bahwa warga Lapago pada jaman dahulu umumnya berjualan dari pagi hingga malam hanya mengumpulkan uang Rp 10 Ribu. Namun kini telah mampu mengelola uang miliaran rupiah.
“Artinya adalah perhatian pemerintah pusat kepada pemerintah daerah di tanah Papua diberikan secara afirmasi khusus,” katanya.
Ketua Masjid Raya Baiturrahim Papua tersebut juga mengakui kalau kehadiran Otsus Papua telah memberikan manfaat yang besar bagi warga yang tinggal di pelosok. Di antaranya banyak pembangunan dilakukan hingga masuk ke perkampungan-perkampungan di Bumi Cenderawasih.
Menurut Yelipele, kehadiran Otsus sejak 20 tahun silam memberikan banyak perubahan positif bagi masyarakat Papua.
“Saya menyampaikan ini karena saya yang melihat dan merasakan di daerah Lapago Kabupaten Jayawijaya,” ujarnya.
Untuk itu, ia menghimbau kepada masyarakat di daerah pegunungan untuk tak mengadu domba terkait informasi yang tak benar mengenai Otsus Papua. Ia juga meminta mereka agar tak terprovokasi oleh kepentingan elit politik tertentu.
Yelipele juga berharap kepada para pelajar asal Kabupaten Jayawijaya dan sekitarnya yang belajar di luar Papua agar fokus kepada kuliah hingga lulus, lalu pulang membangun kampung halamannya.
“Dulu kami memang pakai koteka, sekarang kami sudah pakai pakaian rapi, waktu itu kita tidak bisa membaca namun saat ini sudah bisa. Inilah arti kemerdakaan sesungguhnya,” katanya.
Atas dasar itu ia tegas meminta Otsus dilanjutkan, namun pengelolaanya harus terus diperbaiki secara transparan agar masyarakat dapat lebih merasakan dampaknya.
Ia menyayangkan stigma yang beredar di masyarakat bahwa setiap kegiatan aksi demontrasi dan kegiatan anarkis lainnya disebabkan oleh masyarakatnya dari pegunungan Papua.
“Saya selaku orang gunung memohon kepada saudara-saudara saya dapat menjaga nama baik daerahnya,” katanya.